3 Contoh Khutbah Idul Adha 2025 dengan Berbagai Tema

Posted on

Momen Idul Adha bukan hanya tentang penyembelihan hewan kurban semata. Lebih dari itu, khutbah yang disampaikan, baik saat Salat Jumat menjelang Idul Adha maupun ketika Salat Idul Adha, memiliki peran krusial sebagai sarana dakwah untuk mempertebal keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Melalui mimbar khutbah, para khatib berkesempatan mengajak sekaligus mengingatkan jamaah akan esensi Idul Adha, terutama pentingnya menjaga kualitas iman dan taqwa melalui ibadah kurban. Tak jarang, khutbah ini diperkaya dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang menegaskan kembali urgensi ketaatan kepada Sang Pencipta.

Pesan-pesan yang terkandung dalam khutbah Idul Adha diharapkan mampu meresap ke dalam sanubari jemaah, menginspirasi untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS.

Nah, penasaran seperti apa contoh khutbah Idul Adha yang bisa jadi referensi? Berikut infoSumut sajikan beberapa rangkumkan beberapa contoh teks khutbah yang bisa menjadi inspirasi.

Dilansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), berikut khutbah Idul Adha yang bisa dibawakan:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Marilah kita tiada henti memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, serta nikmat iman, Islam, kesehatan, dan kesempatan yang tak ternilai harganya. Semua ini memungkinkan kita untuk terus beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau adalah insan pilihan, teladan paripurna (uswatun hasanah) bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Kaum muslimin jamaah Idul Adha Rahimakumullah,

Pagi ini, jutaan saudara kita, para tamu Allah (dhuyufurrahman) yang menunaikan ibadah haji, tengah berkumpul di Arafah untuk wukuf, dan sebagian lainnya berada di Mina untuk melontar Jumratul ‘Aqabah. Berbalut pakaian ihram yang sama, mereka datang dari berbagai penjuru dunia, melintasi perbedaan bangsa, ras, warna kulit, budaya, dan status sosial. Namun, satu tujuan menyatukan mereka: memenuhi panggilan Allah, menjadi tamu-Nya, dan mengesakan-Nya dengan setulus-tulusnya tauhid.

Bagi kita yang belum berkesempatan menjadi tamu Allah di Tanah Suci, kita merayakan Idul Adha dengan melaksanakan shalat Ied dan ibadah kurban sesuai kemampuan masing-masing. Ibadah kurban ini adalah salah satu wujud nyata upaya kita untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Gambaran ini menunjukkan betapa eratnya jalinan spiritual antara mereka yang berhaji dengan kita yang tidak berada di Baitullah. Maka, pelaksanaan shalat Idul Adha dan ibadah kurban yang kita lakukan adalah manifestasi kesadaran kita dalam memenuhi perintah Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Kaum Muslimin sidang jamaah Idul Adha Rahimakumullah,

Ibadah kurban memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, dengan landasan historis yang kokoh dan akar tradisi yang panjang dari para nabi terdahulu hingga Nabi Muhammad SAW. Adalah Nabi Ibrahim AS yang dikenal sebagai peletak dasar utama ibadah mulia ini. Peristiwa agung ketika beliau diperintahkan untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Isma’il AS, menjadi fondasi disyariatkannya ibadah kurban. Dengan keimanan dan keikhlasan yang luar biasa, Nabi Ibrahim AS bersedia melaksanakan perintah tersebut, semata-mata karena Allah SWT. Kisah yang penuh haru ini diabadikan dengan indah oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّابَلَغَمَعَهُالسَّعْيَقَالَيَابُنَيَّإِنِّيأَرَىفِيالْمَنَامِأَنِّيأَذْبَحُكَفَانْظُرْمَاذَاتَرَىقَالَيَاأَبَتِافْعَلْمَاتُؤْمَرُسَتَجِدُنِيإِنْشَاءَاللَّهُمِنَالصَّابِرِينَ

Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'”

Peristiwa ini adalah ujian ketaatan yang luar biasa bagi Nabi Ibrahim AS. Pengorbanan inilah yang kemudian menjadi anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan kurban setiap tanggal 10 Dzulhijjah dan pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

Dari sejarah ini, kita memahami bahwa inti dari ibadah kurban adalah keteguhan hati, keyakinan pada kebenaran perintah Allah, keikhlasan yang murni, ketaatan tanpa syarat, dan kesabaran yang tak bertepi. Nilai-nilai luhur inilah yang dicontohkan dengan sempurna oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isma’il AS. Kesediaan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra kandungnya bukanlah kepatuhan buta, melainkan lahir dari keyakinan yang kokoh bahwa setiap perintah Allah SWT pasti mengandung kebaikan dan hikmah yang wajib dipatuhi.

Perintah Allah ini juga menjadi pengingat bagi generasi penerus: sanggupkah kita mengorbankan apa yang kita cintai – diri, keluarga, dan harta – demi menegakkan perintah-Nya? Sanggupkah kita memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi ini?

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Kaum muslimin yang berbahagia,

Dalam khazanah fiqh, kurban dikenal dengan istilah udh-hiyah, karena penyembelihan hewan ternak dilakukan pada waktu matahari pagi mulai naik (dhuha). Ibnul Qayyim al-Jauziyah menjelaskan makna kurban sebagai tindakan menyembelih hewan ternak di waktu dhuha demi meraih kedekatan dan keridhaan Allah SWT.

Hewan kurban (udh-hiyah atau nahar) adalah simbolisasi dari tadlhiyah, yakni pengorbanan. Keduanya, baik udh-hiyah maupun tadlhiyah, adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udh-hiyah adalah ibadah ritual material, maka tadlhiyah adalah pengorbanan di jalan Allah yang dampaknya lebih luas, memajukan berbagai sektor kehidupan.

Dalam ibadah kurban, nilai paling hakiki adalah sikap batiniah berupa keikhlasan, ketaatan, dan kejujuran. Tindakan lahiriah tetap penting, namun ia harus bersumber dari niat yang tulus. Waspadalah terhadap bisikan setan yang kerap menggoda kita untuk tidak berkurban dengan alasan khawatir tidak ikhlas. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin mengingatkan bahwa setan membisiki, “Untuk apa beribadah jika tidak ikhlas? Lebih baik tidak beribadah sama sekali.” Ini adalah jebakan yang harus kita hindari.

Ibadah kurban sejatinya bukan hanya tentang tindakan fisik menyedekahkan hewan ternak kepada fakir miskin, tetapi yang jauh lebih esensial adalah nilai ketulusan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT berulang kali mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa yang sampai kepada-Nya bukanlah fisik hewan kurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan dalam jiwa kita. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Hajj ayat 37:

لَنْيَنَالَاللَّهَلُحُومُهَاوَلَادِمَاؤُهَاوَلَكِنْيَنَالُهُالتَّقْوَىمِنْكُمْ

Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

Penegasan Allah ini menyiratkan dua hal: Pertama, penyembelihan hewan kurban adalah simbol tradisi Nabi Ibrahim AS dan syiar agung ajaran Islam. Kedua, Allah SWT hanya mengharapkan nilai ketakwaan dari mereka yang berkurban. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk lahiriahmu dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Usaha mendekatkan diri kepada Allah, khususnya melalui kurban, adalah proses berkelanjutan. Karena itu, Islam adalah jalan (syari’ah, thariqah, shirat) yang terus kita tempuh untuk mendekat kepada-Nya. Ibadah kurban adalah bagian dari perjalanan dinamis ini, yang puncaknya adalah ridha Allah SWT. Maka, wujud terpenting dari kurban adalah manifestasi dari seluruh perbuatan baik kita.

Sebagai teladan, Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan ibadah kurban setiap tahunnya, meskipun beliau menjalani kehidupan yang sangat sederhana, jauh dari kemewahan duniawi. Rumahnya sederhana, bahkan alas tidurnya hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma.

Oleh karena itu, seorang Muslim yang memiliki kemampuan namun enggan berkurban patut mendapat teguran sosial, bahkan diisolasi dari komunitas Muslim. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA:

مَنْكَانَلَهُسَعَةٌوَلَمْيُضَحِّفَلاَيَقْرِبَنَّمُصَلاَّنَا

Artinya: “Barangsiapa yang mempunyai kelapangan (harta) tetapi tidak menyembelih hewan kurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Kaum muslimin yang berbahagia,

Apabila ibadah kurban dilaksanakan dengan penuh keikhlasan demi mengharap ridha Allah SWT, niscaya akan mendatangkan hikmah dan manfaat besar bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya adalah:

1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT: Kurban melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada-Nya, mengantarkan kita pada derajat muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah) dan muttaqin (orang-orang bertakwa), serta meraih kemuliaan dan kebahagiaan dunia-akhirat.

2. Membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah (kebinatangan): Saat hewan kurban tersembelih, saat itulah sifat-sifat tercela seperti rakus, serakah, kejam, dan menindas harus sirna dari diri kita.

3. Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama: Berbeda dengan persembahan dalam tradisi lain, Islam memerintahkan agar daging kurban dibagikan kepada fakir miskin agar mereka turut merasakan nikmatnya. Ini menumbuhkan empati, semangat berbagi, dan mempererat ukhuwah islamiyah.

4. Melatih kedermawanan: Pelaksanaan kurban yang berulang setiap tahun membiasakan diri untuk berderma. Mengingat data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2022 yang mencatat jumlah penduduk miskin masih mencapai 26,16 juta orang dengan Garis Kemiskinan sebesar Rp505.469 per kapita per bulan, semangat berbagi melalui kurban menjadi semakin relevan dan mendesak.

Di penghujung khutbah ini, marilah kita dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati berdoa kepada Allah SWT. Semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang dapat menjerumuskan. Semoga Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya, memberikan kekuatan untuk senantiasa menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Khutbah Pertama

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَعَ لَنَا الأُضْحِيَّةَ تَقَرُّباً إِلَيْهِ، وَجَعَلَهَا مِنْ شَعَائِرِ الدِّيْنِ الْعِظَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْعَلاَّمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، خَيْرُ الأَنَامِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Kaum Muslimin rahimakumullah, Hari ini, kita kembali dipertemukan dengan Idul Adha, hari raya yang agung, hari raya kurban. Sebuah perayaan yang sarat dengan ibadah dan hikmah, yang senantiasa mengingatkan kita pada kisah teladan ketaatan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, dalam menjalankan perintah Allah SWT dengan penuh keikhlasan.

Ibadah kurban ini bukanlah sekadar tradisi, melainkan perintah langsung dari Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:

فَصَلِّلِرَبِّكَوَانْحَرْ

“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)

Ayat ini menegaskan bahwa kurban adalah wujud nyata kepatuhan kita kepada Allah, sekaligus bentuk kepedulian sosial terhadap sesama. Ia adalah ibadah yang memiliki kedudukan istimewa, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

مَاعَمِلَآدَمِيٌّمِنْعَمَلٍيَوْمَالنَّحْرِأَحَبَّإِلَىاللهِمِنْإِهْرَاقِالدَّمِ

“Tidak ada suatu amalan yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan kurban.” (HR. Tirmidzi)

Semoga semangat Idul Adha ini mengukuhkan ketaatan kita dan mempererat tali persaudaraan di antara kita.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

(Duduk sejenak antara dua khutbah)

Khutbah Kedua

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,

Marilah kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai sarana untuk introspeksi dan memperkuat kembali pondasi iman serta takwa kita kepada Allah SWT. Sungguh, Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan secara fisik, tetapi yang lebih hakiki adalah “menyembelih” egoisme, keserakahan, hawa nafsu, dan segala bentuk ketidaktaatan yang bersemayam dalam diri kita.

Lihatlah betapa agungnya teladan Nabi Ibrahim AS ketika diuji dengan perintah terberat, yaitu menyembelih putranya sendiri. Perhatikan pula bagaimana Nabi Ismail AS merespons perintah tersebut dengan kepasrahan yang luar biasa, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an:

قَالَيَاأَبَتِافْعَلْمَاتُؤْمَرُۖسَتَجِدُنِيإِنْشَاءَاللَّهُمِنَالصَّابِرِينَ

“Wahai ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)

Subhanallah! Inilah pelajaran tak ternilai tentang ketaatan total dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Pelajaran inilah yang harus kita resapi, bahwa kurban sejatinya adalah tentang kesediaan kita untuk berkorban apa pun di jalan Allah.

Bagi mereka yang ikhlas dalam berkurban, Rasulullah SAW menjanjikan pahala yang berlimpah, bahkan pada setiap helai bulu hewan kurbannya:

فِيكُلِّشَعْرَةٍمِنْهَاحَسَنَةٌ

“Pada setiap helai rambut (hewan kurban itu) terdapat satu kebaikan.” (HR. Ahmad)

Keagungan hari Idul Adha ini pun ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

إِنَّأَعْظَمَالْأَيَّامِعِندَاللَّهِيَوْمَالنَّحْرِ

“Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari Nahr (Idul Adha).” (HR. Abu Dawud)

Semoga kita semua, dengan ketaatan dan pengorbanan yang kita lakukan, termasuk ke dalam golongan hamba-hamba yang dicintai dan diridhai Allah SWT. Dan semoga Allah menerima amal ibadah kurban kita, sebagaimana Dia menerima kurban Nabi Ibrahim AS.

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِيْنَ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ ضَحَايَانَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ.

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِيْنَ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ ضَحَايَانَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ.

3. Khutbah Idul Adha: Sejarah Idul Adha (Sumber: NU Lampung)

Khutbah Pertama

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ، فَخَصَّ بَعْضَ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَاللَّيَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ وَالْحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الدَّاعِيْ بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ فِي أَنْحَاءِ الْبِلاَدِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَاجْتِنَابِ الْمُخَالَفَاتِ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ﴿إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ﴾.

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah, Pada hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak diri pribadi dan seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT. Takwa adalah sebaik-baik bekal, yang kita wujudkan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 197:

وَتَزَوَّدُوْافَإِنَّخَيْرَالزَّادِالتَّقْوٰىۖوَاتَّقُوْنِيَاأُولِيالْأَلْبَابِ

Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah: 197).

Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, Hari Raya Kurban yang kita kenal sebagai Idul Adha, memiliki akar sejarah yang dalam dan penuh hikmah. Perayaannya tak terpisahkan dari kisah monumental Nabi Ibrahim AS, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an, khususnya Surat Ash-Shaffat ayat 99-111.

Sesungguhnya, praktik persembahan kurban telah ada sejak zaman putra Nabi Adam AS, yaitu Qabil dan Habil. Dari kisah mereka, kita belajar pelajaran berharga bahwa Allah SWT tidak memandang bentuk fisik persembahan, melainkan ketulusan hati dan ketakwaan si pemberi kurban. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 37:

لَنْيَنَالَاللَّهَلُحُومُهَاوَلادِمَاؤُهَاوَلَكِنْيَنَالُهُالتَّقْوَىمِنْكُمْ

Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS Al-Hajj: 37).

Meskipun demikian, syariat ibadah kurban yang kita laksanakan saat ini berpondasi utama pada perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail AS. Seorang putra yang begitu lama beliau dambakan, buah kesabaran dan doa yang tak henti dipanjatkan:

رَبِّهَبْلِيمِنَالصَّالِحِينَ

Artinya: “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”

Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut dengan menganugerahkan seorang anak yang cerdas dan penyabar (ghulâm halîm). Namun, ketika Ismail AS beranjak dewasa dan sanggup berusaha bersama ayahnya, Nabi Ibrahim AS diuji melalui sebuah mimpi yang merupakan wahyu dari Allah. Beliau berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”

Dengan ketegaran dan keimanan yang luar biasa, sang putra, Nabi Ismail AS, menjawab: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Subhanallah! Betapa agung dialog antara ayah dan anak yang dilandasi ketaatan mutlak kepada Allah. Tatkala keduanya telah menunjukkan kepasrahan total kepada kehendak Allah, Ibrahim membaringkan Ismail, siap melaksanakan perintah yang terasa begitu berat.

Jamaah Shalat Idul Adha hadâkumullâh, Di puncak ujian keimanan itu, atas kehendak dan rahmat Allah SWT, penyembelihan itu tidak terjadi. Allah berfirman:

إِنَّهَذَالَهُوَالْبَلاءُالْمُبِينُ.وَفَدَيْنَاهُبِذِبْحٍعَظِيمٍ.وَتَرَكْنَاعَلَيْهِفِيالآخِرِينَ.سَلامٌعَلَىإِبْرَاهِيمَ.كَذَلِكَنَجْزِيالْمُحْسِنِينَ.إِنَّهُمِنْعِبَادِنَاالْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”

Hadirin Shalat Idul Adha rahimakumullah, Maka, ibadah kurban yang kita laksanakan setiap tahun adalah wujud i’tibar, pengambilan pelajaran berharga dari kisah monumental ini. Pelajaran tentang ketaatan tanpa syarat, keikhlasan paripurna, kesabaran dalam menghadapi ujian, dan keyakinan penuh akan kasih sayang serta kebijaksanaan Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

(Duduk sejenak antara dua khutbah)

Khutbah Kedua

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾.

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُsسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً (إِنْدُوْنِيْسِيَّا) وَسَائِرِ بِلادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

Contoh Khutbah untuk Idul Adha

1. Khutbah Idul Adha: Hikmah Qurban Ikhlas di Dunia dan Akhirat

2. Khutbah Idul Adha: Meraih Taqwa Melalui Spirit Pengorbanan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *