4 Organ Babi yang Pernah Ditransplantasi ke Manusia

Posted on

Dengan semakin maju teknologi medis, transplantasi organ kini tidak hanya dilakukan antar manusia, tetapi juga dari hewan ke manusia. Babi menjadi salah satu hewan yang paling sering digunakan organnya untuk proses ini. Para ilmuwan selama bertahun-tahun meneliti organ babi, seperti jantung, hati, hingga paru-paru, yang dinilai bisa dimanfaatkan.

Para tenaga medis meyakini bahwa perkembangan ini berpotensi besar menyelamatkan lebih banyak nyawa. Namun, penggunaan organ hewan untuk manusia memiliki sejumlah syarat ketat. Hewan pendonor juga harus memenuhi kriteria tertentu, tak sembarangan.

Dilansir infoHealth dari jurnal Animal Organs for Human Transplantation karya Marlon F Levy, MD, ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam memilih hewan donor.

Pertama, anatomi dan fisiologi hewan harus sesuai dengan manusia sehingga organ dapat berfungsi optimal. Selain itu, harus dipastikan tidak ada risiko penularan penyakit lintas spesies, antara hewan donor dan manusia. Hewan donor juga sebaiknya tahan terhadap penyakit manusia, khususnya virus.

Aspek lain yang dinilai penting adalah faktor ekonomi. Spesies donor harus mudah berkembang biak, memiliki masa kehamilan singkat, serta mampu menghasilkan banyak keturunan dalam satu waktu perkembangbiakan. Hewan tersebut juga sebaiknya tidak menimbulkan hambatan imunologis ketika ditransplantasikan, dan penggunaannya tidak menimbulkan kontroversi etis yang besar.

Marlon menegaskan bahwa hingga kini belum ada hewan yang memenuhi seluruh kriteria ideal tersebut. Meski demikian, babi menjadi salah satu yang paling banyak diuji coba pada manusia. Berikut organ tubuh babi yang sudah pernah ditransplantasikan ke manusia.

Kasus pertama transplantasi jantung babi pada manusia terjadi pada David Bennett (57 tahun) di Amerika Serikat. Ia menjalani operasi pada 7 Januari 2022, namun meninggal dua bulan kemudian, tepatnya 8 Maret 2022.

Pihak rumah sakit menyampaikan bahwa jantung babi tersebut sempat berfungsi dengan baik selama beberapa minggu tanpa ada penolakan dari tubuh Bennett. Namun, beberapa minggu kemudian terjadi gagal jantung mendadak tanpa gejala penolakan akut yang jelas, hingga akhirnya menyebabkan kematian.

Transplantasi serupa kembali dilakukan pada 20 September 2023 pada Lawrence Faucette (58 tahun) yang mendapat jantung babi dari University of Maryland Medical Center. Ia menderita gagal jantung stadium akhir dan tidak memenuhi syarat transplantasi jantung manusia. Sekitar enam minggu pascaoperasi, tubuhnya mulai menunjukkan tanda penolakan terhadap organ baru tersebut, hingga ia meninggal pada 30 Oktober 2023.

Eksperimen transplantasi ginjal babi juga telah dilakukan. Melalui rekayasa genetika, ginjal babi berhasil ditransplantasikan ke tubuh pasien dengan kondisi mati otak. Organ ini mampu berfungsi selama dua bulan dengan bantuan ventilator.

Dikutip dari APNews, ahli bedah Robert Montgomery menyebut penelitian ini bisa menjadi langkah awal solusi kelangkaan donor organ manusia. Pada 14 Juli, tim medis mengganti ginjal jenazah Maurice Miller yang didonasikan pihak keluarga.

Ginjal babi yang telah dimodifikasi genetik ditransplantasikan ke jenazah Miller. Selain itu, ditambahkan pula timus babi untuk membantu sistem imun pasien beradaptasi. Ginjal tersebut bekerja dengan baik pada awalnya, namun setelah satu bulan muncul tanda penolakan.

Ahli bedah di China juga berhasil melakukan transplantasi hati babi ke manusia dengan kondisi mati otak. Keberhasilan ini dianggap sebagai langkah maju dalam bidang xenotransplantasi.

Menurut laporan Global Times, operasi tersebut dilakukan di Rumah Sakit Xijing, Universitas Kedokteran Militer Angkatan Udara, Xi’an, Provinsi Shaanxi. Hati babi yang telah dimodifikasi secara genetik berpotensi mengganti hati manusia. Dalam transplantasi itu, hati babi tersebut ternyata mampu bertahan lebih dari 96 jam dan melampaui rekor sebelumnya.

Tao Kaishan, direktur bedah hepatologi rumah sakit tersebut, mengatakan organ itu menunjukkan fungsi yang baik dalam sekresi empedu, aliran darah, serta kondisi patologis, bahkan melampaui harapan tim medis.

Penelitian di China juga melibatkan paru-paru babi yang telah direkayasa secara genetik. Percobaan ini dilakukan pada pasien berusia 39 tahun yang sudah dinyatakan mati otak, dengan persetujuan keluarganya.

“Bagi tim kami, pencapaian ini adalah awal yang bermakna. Xenotransplantasi (donor organ hewan) paru-paru memiliki tantangan biologis dan teknis yang unik dibandingkan dengan organ lain,” kata salah satu penulis studi dari First Affiliated Guangzhou Medical University Hospital Dr Jiang Shi, dikutip dari Live Science, Selasa (26/8/2025).

Dalam percobaan ini, paru-paru babi dimodifikasi dengan teknologi CRISPR. Tiga gen dinonaktifkan agar protein yang dihasilkan tidak memicu reaksi kekebalan manusia.

1. Jantung Babi

2. Ginjal Babi

3. Hati Babi

4. Paru-Paru Babi