Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, namun beberapa di antaranya benar-benar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berkat perjuangan dan dedikasinya bagi bangsa. Mereka bukan hanya pendidik, tetapi juga pejuang yang menginspirasi generasi penerus.
Dari ruang kelas hingga medan perjuangan, para tokoh guru ini meninggalkan jejak besar dalam sejarah Indonesia. Dikutip dari infoEdu, siapa saja mereka? Yuk, kenali lima guru hebat yang diakui sebagai Pahlawan Nasional!
KH Hasyim Asy’ari juga merupakan guru sekaligus ulama besar sekaligus pendiri organisasi Islam Nahdatul Ulama (NU).
Ia adalah tokoh bangsa yang punya pengaruh besar terhadap pendidikan Islam khususnya pesantren. Semasa kecil dan remaja, KH Hasyim telah tingal di pesantren tradisional.
Mengutip laman Universitas Jember, baru setelah berusia 15 tahun, ia berkelana untuk menimba ilmu. Ia mendatangi berbagai tokoh dan pesantren seperti Pesantren Siwalan di Sidoarjo, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, dan Pesantren Kademangan di bawah pengajaran Syaikhona Kholil (Bangkalan) bersama KH Ahmad Dahlan muda.
Ilmu-ilmu agama seperti tasawuf, hadits, hisab, falak, fuquh, ia dalami. Kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Sejak saat itu, ia mulai menyebarkan pemahaman Islam dan menjadi guru bagi ribuan santri.
Selain dalam bidang Islam, KH Hasyim Asy’ri juga aktif menentang penjajahan. Sehingga ia digelari Pahlawan Nasional pada 17 November 1964 melalui Keppres Nomor 294 Tahun 1964.
Ki Hajar Dewantara tak cuma merupakan Pahlawan Nasional tetapi ia juga merupakan Bapak Pendidikan Indonesia. Sosok yang punya nama lahir Raden Mas Soewardi Soerjaningrat tersebut adalah seorang bangsawan Jawa.
Mengutip laman Kemendiktisaintek, ia pernah belajar di Europeesche Lagere School (ELS) dan School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA). Semangat belajarnya sangat tinggi, tetapi karena kesehatannya memburuk ia terpaksa tidak tamat dari STOVIA.
Meski demikian, ia terus belajar lewat jalur informal sehingga membawanya menjadi seorang dewasa yang tangguh dan berwawasan luas. Ki Hajar pernah menjadi seorang jurnalis.
Ia juga mendirikan Indische Partij, partai politik pertama yang beraliran nasionalis di Indonesia. Kiprah di bidang pendidikan, ia tunjukkan dengan mendirikan National Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Taman Siswa).
Di sana, ia mengajar siswa dengan pendekatan semangat kebangsaan kebebasan. Perjuangannya di bidang pendidikan dan politik menjadikannya ditunjuk sebagai menteri pendidikan pertama pada 1950.
Semboyannya yang terkenal adalah “Tut Wuri Handayani”. Lewat Keppres Nomor 305 Tahun 1959 pada 28 November 1959, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Perempuan asal Jawa Barat ini adalah sosok Pahlawan Nasional yang berjuang di bidang pendidikan. Ia dikenal sebagai perintis sekolah perempuan pertama di Indonesia yakni “Sakola Istri”.
Mengutip laman Pemda DIY, lewat Sakola Istri ia mengajarkan dasar-dasar berhitung, menulis, membaca, dan pelajaran agama. Sekolah tersebut pun kemudian lambat laun memiliki murid yang banyak.
Sakola Istri kemudian berganti nama jadi Sekolah Keutmaan Isteri pada 1910. Dengan pembelajaran yang baru, Dewi menambahkan mata pelajaran memasak, mencuci, hingga menyetrika.
Sekolah yang ia dirikan menjadi angin segar bagi para wanita pasa masanya yang sulit meraih pendidikan. Dewi Sartika adalah pejuang pendidikan dan emansipasi wanita sehingga digelari Pahlawan Nasional lewat Keppres Nomor 252 Tahun 1966.
Siapa sangka, sosok jenderal satu ini ternyata adalah seorang guru sebelum bergabung sebagai tentara. Mengutip laman UNESCO Indonesia, Jenderal Sudirman sempat menjadi guru di sekolah Muhammadiyah Cilacap.
Ia dikenal sebagai guru yang religius dan jadi panutan muridnya. Saat Pembela Tanah Air (PETA) dibentuk, Sudirman bergabung sebagai tentara.
Dikarenakan kepemimpinannya yang menonjol, ia beahan dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Bahkan, di usianya yang masih 29 tahun ia terpilih sebagai Panglima Besar TKR. Ia juga merupakan Panglima TNI pertama.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Jasanya besar dalam peristiwa pertempuran Ambarawa, agresi militer Belanda I dan II, serta dalam kemerdekaan Indonesia. Ahirnya, ia mendapat gelar Pahlawan Nasional lewat Keppres Nomor 314 Tahun 1964.
KH Ahmad Dahlan, namanya sohor sebagai ulama besar di balik berdirinya Muhammadiyah. Ia juga dikenal sebagai guru sejati.
KH Ahmad Dahlan besar di lingkungan pesantren. Sang ayah, Kiai Abu Bakr adalah seorang ulama dan pemuka agama di Keraton Yogyakarta, demikian dikutip dari laman Universitas Muhammadiyah Kotabumi.
Ia mendalami banyak ilmu agama seperti ilmu nahwu, ilmu falak, ilmu fikih, ilmu hadis, ilmu qira’atul quran, hingga ilmu pengobatan sesuai syariat Islam. Untuk mendalaminya, ia berguru pada banyak ulama besar seperti Kiai Abdul Hamid hingga Syekh Misri Makkah.
Setelah menimba banyak ilmu, KH Ahmad Dahlan mengajarkan apa yang sudah diperolehnya. Bahkan, ia lebih suka mencari murid daripada didatangi murid.
Ia berkeliling kampung untuk mengajak anak-anak belajar agama dengannya. KH Ahmad Dahlan juga dikenal punya cara ajar yang unik, misalnya mengajak muridnya bermain bola untuk mengakrabkan diri.
KH Ahmad Dahlan kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 657 tahun 1961. Beliau menjadi tokoh yang aktif membangkitkan pendidikan nasional.
Nah, itulah beberapa guru dan pejuang di bidang pendidikan yang menjadi Pahlawan Nasional. Semoga menginspirasi.
Daftar Guru yang Jadi Pahlawan Nasional
1. KH Hasyim Asy’ari
2. Ki Hajar Dewantara
3. Raden Dewi Sartika
4. Jenderal Sudirman
5. KH Ahmad Dahlan












