Muharram dalam kalender Hijriyah memiliki makna istimewa karena makna yang terkandung di dalamnya. Berbeda dengan tahun baru Masehi yang perayaannya identik dengan pesta, Tahun Baru Islam dimaknai dengan momen perbaikan diri.
Lantas sejak kapan 1 Muharram diperingati sebagai Tahun Baru Islam? berikut ini penjelasan singkatnya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang sejarah 1 Muharram sebagai Tahun Baru Islam dalam kalender Hijriyah, perlu diketahui dulu makna dari Hijriyah. Dikutip infoHikmah, kata ini berasal dari bahasa Arab ‘Hijriyah’ yang berarti berpindah. Kata ini diambil dari awal mula penanggalan ini yaitu hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah.
Dr. Asy-Syalbi mengatakan dalam As-Sirah An-Nabawiyyah Al-Athirah, “Setelah Rasulullah SAW berhijrah, maka tahun itu menjadi awal mula penanggalan Islam atau penanggalan Hijriyah.”
Dalam buku berjudul Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah karya Ida Fitri Shohibah, meskipun peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, para sahabat memilih bulan Muharram sebagai awal tahun Hijriyah. Ini bukan keputusan sembarangan, tetapi berdasarkan pertimbangan yang matang.
Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, yang sejak zaman jahiliyah telah dimuliakan dan dihormati. Muharram juga berdekatan dengan bulan Dzulhijjah, saat umat Islam menunaikan ibadah haji.
1 Muharram memiliki makna mendalam bagi umat Islam. Ini bukan sekadar pergantian angka tahun, melainkan simbol hijrah, berpindah dari kegelapan menuju cahaya, dari lalai menuju kesadaran, dari dosa menuju taubat.
Mengutip buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah karya Siti Zamratus Sa’adah, awal mulanya, umat Islam belum memiliki sistem penanggalan yang baku. Surat-menyurat antara khalifah pusat dengan para pemimpin di wilayah kekuasaan Islam pun kerap kali mengalami kebingungan karena tidak disertai dengan penanggalan yang jelas.
Hal ini terjadi sekitar 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Salah satu gubernur, Abu Musa al-Asy’ari, mengirimkan surat kepada Khalifah Umar dan meminta agar dibuat sistem kalender resmi agar urusan administrasi menjadi lebih tertib dan teratur.
Permintaan ini kemudian ditanggapi dengan serius oleh Umar bin Khattab. Ia segera mengumpulkan para sahabat Nabi untuk bermusyawarah guna menetapkan sistem penanggalan yang tetap bagi umat Islam.
Dalam pertemuan itu, muncul berbagai pendapat tentang dari mana sebaiknya hitungan tahun dalam Islam dimulai. Sebagian sahabat mengusulkan agar dimulai dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada juga yang mengusulkan dari hari pertama Nabi SAW menerima wahyu, serta yang mengusulkan dari hari wafatnya Nabi SAW.
Namun, akhirnya para sahabat sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah sebagai tonggak awal kalender Islam.
Khalifah Umar bin Khattab mengeluarkan keputusan bahwa tahun hijrah Nabi SAW adalah tahun satu, dan sejak saat itu kalender umat Islam disebut ‘Tarikh Hijriyah.’ Tanggal 1 Muharram pada tahun 1 Hijriah bertepatan dengan 16 Tammuz 622 Rumi (16 Juli 622 Masehi).
Tahun keluarnya keputusan Khalifah itu (638 M) langsung ditetapkan sebagai 17 Hijriyah.