Banjir besar yang melanda Provinsi Guizhou, China, telah menyebabkan sedikitnya enam orang meninggal dunia dan memaksa lebih dari 80.000 warga meninggalkan rumah mereka. Pemerintah setempat pun menetapkan status tanggap darurat banjir tertinggi untuk menghadapi situasi ini.
Seperti dilansir infoNews dari AFP, Kamis (26/6/2025), banjir mulai melanda wilayah Guizhou sejak Selasa (24/6), khususnya di distrik Rongjiang. Televisi nasional China, CCTV, menyebut banjir ini sebagai “banjir besar” yang telah menyebabkan kerusakan serius di banyak wilayah.
“Hingga pukul 11.00 pagi pada hari Kamis… enam orang sangat disayangkan telah kehilangan nyawa,” sebut CCTV.
Menurut laporan CCTV, hingga Kamis pagi, banjir turut merendam sejumlah wilayah dataran rendah, menghancurkan infrastruktur kota, mengganggu lalu lintas, memutus komunikasi, dan menjebak beberapa penduduk.
Meski ketinggian air telah menurun di bawah level siaga, upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, termasuk proses pemulihan pascabencana serta penyelidikan terhadap korban yang belum ditemukan.
“Ketinggian air di distrik tersebut kini telah menurun di bawah level peringatan,” imbuh laporan CCTV tersebut.
Kantor berita Xinhua juga melaporkan bahwa sebuah lapangan sepak bola di Rongjiang sempat terendam air setinggi tiga meter. Salah satu warga bahkan menceritakan bahwa ia berhasil diselamatkan dari lantai tiga rumahnya.
Musibah ini terjadi di tengah musim panas ekstrem yang sedang melanda China. Di saat bersamaan, otoritas setempat juga mengeluarkan peringatan suhu panas level kedua tertinggi untuk kota Beijing, yang mencatat salah satu hari terpanas tahun ini.
Sebelumnya, pekan lalu, puluhan ribu warga di Provinsi Hunan-yang bertetangga dengan Guizhou-juga dievakuasi akibat hujan deras yang terus mengguyur.