Tradisi Penghancuran Cincin Kepausan Saat Paus Fransiskus Wafat

Posted on

Serangkaian ritual resmi Gereja Katolik dilakukan untuk menandai berakhirnya masa kepemimpinan Paus Fransiskus yang wafat pada Senin (21/4) waktu setempat. Salah satu tradisi yang dilakukan adalah prosesi penghancuran cincin kepausan, yang merupakan tanda otoritas tertinggi seorang Paus.

Dikutip infoTravel dari Reuters, Rabu (23/4/2025), prosesi penghancuran cincin bukan hanya sekedar simbol. Tradisi ini adalah bagian penting Gereja Katolik yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Cincin itu dikenal sebagai Fisherman’s Ring atau cincin nelayan. Santo Petrus-rasul Yesus yang dikenal sebagai nelayan sedang melempar jala dari perahu digambarkan dalam cincin yang dipakai Paus Fransiskus itu.

Cincin tersebut, dalam beberapa versi lainnya, juga menampilkan Petrus yang memegang kunci Kerajaan Surga, sebagai lambang otoritas rohaninya. Cincin ini diberikan kepada Paus saat pelantikannya

Pemberian cincin menjadi lambang kekuasaan serta tugasnya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan penerus Santo Petrus. Selama menjabat, Paus akan memakai cincin ini di jari manis tangan kanannya.

Cincin itu dahulu memilikifungsi sebagai segel resmi untuk surat-surat pribadi Paus dan dokumen penting kepausan. Meski kini fungsinya tidak lagi administratif, maknanya tetap besar.

Ketika Paus meninggal dunia, penghancuran cincin itu menjadi tanda berakhirnya masa kepemimpinannya dan mencegah penyalahgunaan simbol otoritas tersebut.

Camerlengo Vatikan, pejabat yang memimpin urusan sementara Takhta Suci selama masa sede vacante-periode ketika Tahta Kepausan kosong, yang melakukan penghancuran cincin. Saat ini, posisi Camerlengo dipegang oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell.

Cincin milik Paus Fransiskus memiliki keunikan tersendiri. Dibuat dari perak berlapis emas, cincin ini berbeda dari tradisi sebelumnya yang menggunakan emas murni. Ia menerimanya pada 2013, saat resmi ditahbiskan sebagai Paus ke-266.

Penghancuran cincin ini menjadi pengingat akan kefanaan, bahkan bagi pemimpin spiritual tertinggi umat Katolik di dunia, sekaligus menandai dimulainya masa berkabung dan persiapan menuju konklaf untuk memilih Paus yang baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *