Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Bobby Nasution mengecek jalan provinsi rusak parah di lintas Kabupaten Labuhanbatu ke Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) melewati Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Warga di sejumlah desa di Paluta dan Tapsel menyampaikan keluhan soal jalan yang sudah 20 tahun rusak itu ke Bobby Nasution.
Rombongan Bobby Nasution meninjau jalan mulai dari Kabupaten Labuhanbatu menuju Kabupaten Paluta dan berakhir di Kabupaten Tapanuli Selatan. Lintas Rantauprapat-Sipirok itu ditempuh Bobby Nasution sejak Selasa (22/4) pagi hingga pukul Rabu (23/4) malam.
Pantauan infoSumut di sepanjang perjalanan, warga di setiap desa pelosok daerah tersebut antusias menyambut Bobby Nasution. Bahkan di Desa Sibio-bio warga mengumumkan melalui toa masjid saat Bobby lewat di desa itu sekitar pukul 01.00 WIB.
Salah satu warga Desa Singanyal, Kecamatan Dolok, Kabupaten Paluta, Erna Rambe, mengatakan jika perbaikan jalan terakhir dilakukan 20 tahun lalu. Dia berharap jalan tersebut dapat segera diperbaiki.
“Semoga nanti diperbaiki, terakhir 20 tahun lalu,” kata Erna Rambe usai menyampaikan keluhan jalan rusak ke Bobby, Selasa (24/5/2025).
Keberadaan jalan yang berstatus provinsi tersebut sangatlah penting bagi aktivitas mereka dan membuat harga sembako mahal di daerah itu. Akibat jalan rusak itu, ongkos untuk belanja ke pasar terdekat cukup mahal mencapai Rp 100 ribu per orang.
“Kami belanja sekali seminggu saja, itu pun ongkosnya Rp 100 ribu,” ucapnya.
Sementara warga Desa Sipiongot, Kecamatan Dolok, Herman, juga menyampaikan keluhan soal jalan rusak di daerah tersebut. Dia berharap perbaikan jalan dapat direalisasikan dengan kedatangan Gubsu pertama kali ke daerah itu.
“Sangat bahagia, belum pernah gubernur datang ke kampung kami,” ujar Herman.
Warga di Desa Huta Baru, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapsel, Herlina Ritonga, menjelaskan jika keberadaan jalan rusak ini membuat anak-anak susah untuk ke sekolah. Anak-anak di desa itu harus berjalan kaki selama 1 jam ke Desa Sibio-bio di Kabupaten Paluta untuk sekolah setingkat SMP karena tidak adanya sekolah di desa itu.
“Jika hujan kan jadi becek jalannya, anak-anak sini harus kost di Sibio-bio karena jalannya rusak gini kan,” jelas Herlina.