Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan bahwa tindakan premanisme yang dilakukan oleh oknum dari organisasi masyarakat (ormas) harus ditindak tegas. Pernyataan ini muncul menyusul maraknya perhatian publik terhadap gangguan yang ditimbulkan oleh ormas terhadap proyek pembangunan pabrik mobil BYD di Subang, Jawa Barat.
Agus menilai bahwa praktik premanisme berpotensi menghambat usaha pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Untuk itu, ia menyatakan komitmen kuat dari pemerintah untuk menindak dan memberantas segala bentuk premanisme yang terjadi.
“Premanisme memang nggak boleh terjadi, karena itu pasti akan mengganggu upaya kita untuk menciptakan investment climate yang bagus, yang baik. Jadi, pemerintah sudah mempunyai komitmen untuk memberantas premanisme yang terjadi di lapangan,” ujar Agus di Kompleks DPR RI Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).
Lebih lanjut, Agus menyampaikan bahwa pemerintah tidak hanya akan fokus menindak premanisme di kawasan industri, tetapi juga akan menumpas praktik tersebut di berbagai sektor kehidupan masyarakat.
“Kita perlu untuk memberikan sinyal bahwa negara hadir, negara hadir dalam rangka memberantas premanisme yang ada di industri. Sebenarnya premanisme itu yang harus diberantas itu bukan hanya di industri, tapi di semua sektor kehidupan,” tegas Agus.
Sebelumnya diberitakan proses pembangunan pabrik mobil BYD di Subang terganggu oleh aksi premanisme yang diduga dilakukan oleh oknum ormas. Informasi ini diungkap oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, saat menghadiri agenda resmi di Shenzhen, Tiongkok, atas undangan Pemerintah China.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Promosi Penanaman Modal di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, menambahkan bahwa praktik premanisme dan pungutan liar menjadi hambatan serius bagi investasi. Ia menilai bahwa efek negatif dari hal ini bukan hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi juga bisa merusak reputasi Indonesia di mata para investor.
Terlebih lagi, menurut Nurul, di tengah persaingan global yang semakin ketat dan sikap proteksionis sejumlah negara, menarik investasi ke Indonesia menjadi tantangan yang tidak mudah.
“Indonesia itu (dianggap) tidak aman, Indonesia itu premanisme dan segala macam, ini butuh pengertian dari banyak pihak bahwa sebenarnya ketika kita berada dalam situasi sekarang, menarik investasi tidak mudah,” tutur Nurul, Rabu (23/4/2025).