Mi instan kerap menjadi pilihan cepat dan praktis saat lapar, namun banyak yang masih mempertanyakan seberapa lama makanan ini dicerna tubuh dan apakah ada risiko kesehatan di balik kebiasaannya. Dokter menjelaskan bahwa proses pencernaan mi instan tidak sesederhana yang dibayangkan, terutama karena kandungan pengawet, rendah serat, dan komposisi nutrisinya yang tidak seimbang.
Penjelasan medis ini penting dipahami agar masyarakat lebih bijak mengonsumsi mi instan, terutama bagi mereka yang sering menjadikannya makanan Utama. Perlu dipahami, makanan ini termasuk kategori ultra processed food (UPF) yang tidak disarankan dikonsumsi berlebihan, terutama jika tidak diimbangi dengan asupan serat, protein, dan nutrisi lain yang lengkap.
Spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi, hepatologi (KGEH), Aru Ariadno, menjelaskan konsumsi mi instan terlalu sering dapat berdampak pada berbagai gangguan kesehatan.
“Masalah yang paling sering muncul seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, obesitas, diabetes, gangguan pencernaan, hingga gangguan fungsi ginjal,” ujarnya dikutip infoHealth.
Menurut dr Aru, hal ini terutama disebabkan oleh kandungan natrium (garam) yang tinggi, lemak jenuh, serta kalori yang besar, sementara nutrisi esensial seperti serat, vitamin, mineral, dan protein justru sangat rendah.
Meski terlihat sama seperti mi pada umumnya, proses pencernaan mi instan ternyata berbeda. Mi instan membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur di dalam sistem pencernaan dibandingkan mi segar atau mi basah.
Mi instan dapat bertahan sekitar 3 hingga 5 jam di dalam lambung sebelum benar-benar diproses ke tahap berikutnya.
Pada sebagian orang, keseluruhan proses pencernaan mi instan bahkan disebutnya bisa berlangsung hingga 1 sampai 2 hari sebelum benar-benar keluar dari tubuh.
Proses yang lebih lama ini disebabkan tekstur mi instan lebih padat, kadar minyak dari proses penggorengan, dan bahan tambahan yang membuatnya lebih sulit dicerna.
Sebaliknya, mi segar atau mi yang dibuat tanpa pengawet biasanya lebih mudah hancur dan lebih cepat melewati saluran cerna.
Ada beberapa faktor yang membuat mi instan membutuhkan waktu lebih panjang untuk dicerna:
Mayoritas mi instan digoreng sebelum dikemas. Lemak jenuh dari proses ini memperlambat pergerakan makanan di lambung (gastric emptying).
Walau mi instan aman dikonsumsi sesuai batas regulasi, bahan tambahan seperti stabilizer dan emulsifier membuat teksturnya lebih keras dan tidak mudah terurai.
Tidak adanya serat memperlambat kerja usus dan membuat makanan lebih lama berada di saluran cerna.
Jika dikonsumsi berlebihan atau terlalu sering, efeknya dapat menumpuk:
Mi instan aman dikonsumsi, asalkan tidak terlalu sering dan diimbangi bahan makanan lain. Dokter merekomendasikan:
Berapa Lama Mi Instan Bertahan di Perut?
1. Proses Penggorengan dan Tingginya Lemak
2. Pengawet dan Bahan Tambahan
3. Rendah Serat
Apa Dampaknya Jika Sering Makan Mi Instan?
Boleh Makan Mi Instan, Tapi…
Ada beberapa faktor yang membuat mi instan membutuhkan waktu lebih panjang untuk dicerna:
Mayoritas mi instan digoreng sebelum dikemas. Lemak jenuh dari proses ini memperlambat pergerakan makanan di lambung (gastric emptying).
Walau mi instan aman dikonsumsi sesuai batas regulasi, bahan tambahan seperti stabilizer dan emulsifier membuat teksturnya lebih keras dan tidak mudah terurai.
Tidak adanya serat memperlambat kerja usus dan membuat makanan lebih lama berada di saluran cerna.
Jika dikonsumsi berlebihan atau terlalu sering, efeknya dapat menumpuk:
Mi instan aman dikonsumsi, asalkan tidak terlalu sering dan diimbangi bahan makanan lain. Dokter merekomendasikan:







