Kerja Tahun, salah satu tradisi dalam budaya suku Karo. Tradisi tersebut merupakan identitas budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Kerja Tahun bukan sekadar perayaan syukur, tetapi juga tradisi yang mempererat persaudaraan antar keluarga.
Tradisi ini diselenggarakan setiap tahun, mengikuti kesepakatan desa serta kalender adat. Biasanya dilaksanakan setelah masa panen sebagai ungkapan terima kasih kepada Dibata (Tuhan Yang Maha Esa) atas hasil bumi dan berkat yang diterima masyarakat.
Acara ini diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua, yang berkumpul di halaman jambur (balai adat) untuk merayakan kebersamaan.
Rangkaian kegiatan Kerja Tahun dimulai dengan doa adat, diiringi musik tradisional Karo seperti gendang yang menjadi simbol kegembiraan. Tidak ketinggalan, para gadis dan pemuda menampilkan tarian khas Karo seperti Landek sebagai penguat solidaritas.
“Kerja Tahun bukan hanya pesta. Ini adalah cara kami memperbarui hubungan adat dan menyampaikan syukur kepada Dibata. Selama tradisi ini hidup, identitas Karo tetap berdiri kuat. Kami bangga karena kerja tahun terus menjadi pemersatu warga.” ujar salah seorang tokoh adat Karo, Perdianta Ginting, Selasa (9/12/2025).
Puncak acara selalu menjadi momen yang paling dinantikan. Landek bersama-sama semakin menghidupkan suasana ketika para anak muda turut meramaikan panggung.
“Landek itu simbol penghormatan dalam Kerja Tahun. Landek adalah cara kami menyampaikan rasa hormat kepada leluhur dan mempertegas persaudaraan antar marga,” kata salah seorang warga Karo, Jekson kepada infoSumut.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Semangat kebersamaan dan nilai leluhur yang terkandung membuat Kerja Tahun terus menjadi pilar budaya Suku Karo. Tradisi yang tidak hanya bertahan hingga kini, tetapi juga semakin dikenal luas sebagai warisan budaya yang penuh makna.
Artikel ini ditulis Olivia Andrea, Peserta Program Maganghub Kemnaker di infocom.







