Perpustakaan Bisa Jadi Destinasi Wisata? Ini Faktanya

Posted on

Wisata selama ini identik dengan perjalanan, hiburan, dan keramaian. Pantai, pegunungan, pusat perbelanjaan, hingga taman bermain menjadi pilihan utama untuk mengisi waktu luang.

Namun, perpustakaan selalu berada di posisi yang berseberangan dengan gambaran tersebut. Sunyi, serius, dan penuh aturan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 1, perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Kata rekreasi yang tercantum dalam undang-undang menunjukkan bahwa perpustakaan tidak semata-mata ditujukan untuk kepentingan akademik dan penelitian, tetapi juga sebagai sarana penyegaran pikiran bagi pemustaka. Rekreasi dalam konteks ini bukanlah hiburan yang hiruk-pikuk, melainkan aktivitas yang memberi ketenangan, kenyamanan, dan kepuasan batin melalui bacaan dan pengetahuan.

Pandangan tersebut juga diperkuat oleh Dr. Abdul Karim Batubara, dosen Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatra Utara (UINSU). Ia menilai bahwa fungsi perpustakaan saat ini telah berkembang seiring perubahan kebutuhan masyarakat. Menurutnya, perpustakaan modern tidak lagi hanya berfokus pada koleksi buku, tetapi juga pada penyediaan ruang yang nyaman dan estetik bagi pengunjung.

“Selama ini kita melihat peran perpustakaan sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan sarana literasi. Namun kondisi sekarang menunjukkan bahwa perpustakaan juga dapat menjadi destinasi wisata yang bersifat edukatif dan rekreatif. Perpustakaan sekarang menawarkan ruang-ruang yang nyaman dan estetik. Ada area anak, fasilitas ramah disabilitas, tempat bermain, dan sebagainya,” katanya Senin, (16/12/2025).

Karim juga menyoroti munculnya konsep baru dalam pengembangan perpustakaan yang semakin memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata. Menurutnya, daya tarik perpustakaan tidak hanya terletak pada fungsinya sebagai pusat informasi, tetapi juga pada keunikan yang ditawarkan kepada pengunjung.

“Ada konsep baru sekarang di mana perpustakaan, terutama yang memiliki arsitektur unik atau memiliki koleksi-koleksi khusus yang berbeda dengan koleksi umum, maka ini menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi pengunjung,” ujar Karim.

Selain itu, pandangan serupa juga disampaikan oleh Karim, dosen Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU). Ia menekankan bahwa transformasi perpustakaan modern kini membuat pengalaman berkunjung menjadi lebih nyaman dan menyenangkan bagi masyarakat.

“Apalagi sekarang banyak perpustakaan provinsi, kabupaten/kota, maupun swasta yang ramah terhadap pengunjung, dengan desain interior yang nyaman sehingga pengunjung betah berlama-lama,” tuturnya.

Menurut Rasyid, pelayanan pustakawan yang ramah dan profesional juga menjadi faktor penting yang membuat masyarakat merasa diterima dan nyaman berada di perpustakaan.

Rasyid menambahkan bahwa perpustakaan seharusnya dimanfaatkan lebih luas oleh masyarakat, terutama sebagai destinasi wisata pada akhir pekan.

“Harusnya masyarakat lebih bisa memanfaatkan perpustakaan sebagai destinasi wisata di akhir pekan karena pasti banyak kegiatan yang menyenangkan. Dan pastinya ramah di kantong,” lanjutnya.

Dengan begitu, perpustakaan kini bukan lagi sekadar ruang baca, tetapi juga berpotensi menjadi destinasi wisata edukatif dan rekreatif yang inklusif, menarik, dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat luas.

Artikel ini ditulis Siti Asyaroh, peserta program maganghub dari Kemnaker di infocom.