Setiap muslim pasti mendambakan masuk surga di akhirat kelak. Sebab di dalamnya berisi kenikmatan yang luar biasa.
Hal itu sebagaimana disebutkan dalam surah Al Insan ayat 20, Allah SWT berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا
Artinya: “Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.”
Dilansir infoHikmah dari dari buku Surga dan Neraka Edisi Indonesia susunan Umar Sulaiman Al Asyqar terjemahan Kaserun, nantinya penghuni surga mengenakan pakaian mewah dan perhiasan yang terbuat dari emas, perak dan mutiara. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an, surah Fathir ayat 33.
جَنَّٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا ۖ وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ
Artinya: “(Bagi mereka) surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.”
Berkaitan dengan surga, ada yang menyatakan bahwa orang miskin lebih cepat masuk surga ketimbang orang kaya. Apa benar demikian?
Menurut buku Reuni Ahli Surga susunan Ahmad Abi Al Musabbih, terdapat kisah mengenai kaum miskin yang mengirim utusannya untuk mendatangi Nabi Muhammad SAW dan mengadukan sebuah perkara. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku adalah utusan dari orang-orang miskin kepadamu.”
“Selamat datang engkau dan yang mengutusmu, engkau datang dari kaum yang dicintai Allah,” sambut Nabi Muhammad SAW dengan hangat.
Kemudian sahabat itu kembali melanjutkan keluhannya, “Wahai utusan Allah, para orang miskin mengeluhkan sesungguhnya golongan orang kaya telah memborong semua amal baik, mereka mampu berhaji sedang kami tidak. Mereka mampu bersedekah, sedang kami tidak. Jika sakit mereka mengirim uang dari tabungan mereka.”
Lalu Rasulullah SAW pun bersabda, “Sampaikan pesanku kepada orang-orang miskin barang siapa yang bersabar karena mengharap pahala, maka ia akan mendapatkan tiga macam yang tidak didapatkan orang-orang kaya.
Pertama, sesungguhnya di surga ada ruangan dari yaqut merah yang para penghuni surga memandang kepadanya seperti memandang bintang. Ruangan tersebut tidak bisa dimasuki kecuali oleh Nabi yang miskin, orang syahid yang miskin, dan orang mukmin yang miskin.
Kedua, orang-orang miskin lebih dulu masuk surga daripada orang-orang kaya sekadar setengah hari yaitu kira-kira lima ratus tahun lamanya, mereka lebih dulu bersenang-senang dalam surga. Sebagaimana Nabi Sulaiman bin Daud AS yang masuk surga setelah para nabi yang lain, kira-kira 40 tahun setelahnya karena kerajaan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya di bumi.
Ketiga, jika orang miskin melafalkan, “Subhanallah wahamdulillah wala ilaaha illaallaha wallahu akbar” dengan hati ikhlas dan orang kaya juga membacanya seperti itu juga, maka orang kaya tidak bisa mengejar orang fakir meskipun ditambah dengan sedekah 10 ribu dirham. Begitu juga amal kebaikan yang lainnya.”
Dinukil infoHikmah dari kitab An Nihayah: fitan wa ahwal akhir az zaman susunan Ibnu Katsir terjemahan H. Anshori Umar Sitanggal mengutip sebuah riwayat Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Aku pernah berdiri di pintu surga, dan ternyata kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Dan aku telah berdiri di pintu neraka, dan ternyata kebanyakan yang memasukinya adalah kaum wanita.”
Lalu pada hadits lainnya dari Ibnu Abbas RA berkata,
“Rasulullah telah memeriksa keadaan neraka, dan ternyata beliau melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. Dan beliau telah memeriksa pula keadaan surga, dan ternyata beliau melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir.”
Sebelum orang kaya, maka orang miskin yang pertama kali masuk surga. Adapun jarak waktunya adalah 500 tahun. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:
“Orang-orang fakir dari kaum muslimin masuk surga setengah hari, yaitu lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya dari mereka.”
Dalam Qiraah Mubadalah oleh Faqihuddin Abdul Kodir, diterangkan bahwa para ulama memandang seseorang tak bisa masuk surga atau neraka karena faktor kemiskinan atau kekayaan semata. Namun ada sifat dan kebiasaan yang melatarbelakangi itu semua.
Orang miskin dinilai cenderung memiliki sifat seperti mudah menerima, sabar, tenggang rasa, ramah, baik hati dan rela berbagi harta untuk kebaikan orang lain. Amal perbuatan ini yang jadi penentu dan membawanya masuk surga.
Sementara, kekayaan tidak jadi satu-satunya faktor yang membuat seseorang masuk neraka. Namun lebih kepada sifat-sifat buruk seperti serakah, sombong, dan menghalalkan segala cara menjadi sifat yang menyebabkan mereka terjerumus ke neraka.
Walau begitu, sifat-sifat tersebut bisa berlaku sebaliknya. Tak sedikit orang kaya yang memiliki sifat baik seperti sabar, tenggang rasa, ramah, baik hati dan sebagainya.
Ada juga orang miskin yang bersifat serakah, sombong dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Artikel ini telah tayang di infoHikmah, baca selengkapnya
Apa Benar Orang Kaya Hanya Sedikit yang Masuk Surga Dibanding yang Miskin?
Hadits Kebanyakan Penghuni Surga Adalah Orang Miskin
Faktor Penentu Masuk Surga atau Neraka Bukan Kemiskinan-Kekayaan
Dalam Qiraah Mubadalah oleh Faqihuddin Abdul Kodir, diterangkan bahwa para ulama memandang seseorang tak bisa masuk surga atau neraka karena faktor kemiskinan atau kekayaan semata. Namun ada sifat dan kebiasaan yang melatarbelakangi itu semua.
Orang miskin dinilai cenderung memiliki sifat seperti mudah menerima, sabar, tenggang rasa, ramah, baik hati dan rela berbagi harta untuk kebaikan orang lain. Amal perbuatan ini yang jadi penentu dan membawanya masuk surga.
Sementara, kekayaan tidak jadi satu-satunya faktor yang membuat seseorang masuk neraka. Namun lebih kepada sifat-sifat buruk seperti serakah, sombong, dan menghalalkan segala cara menjadi sifat yang menyebabkan mereka terjerumus ke neraka.
Walau begitu, sifat-sifat tersebut bisa berlaku sebaliknya. Tak sedikit orang kaya yang memiliki sifat baik seperti sabar, tenggang rasa, ramah, baik hati dan sebagainya.
Ada juga orang miskin yang bersifat serakah, sombong dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Artikel ini telah tayang di infoHikmah, baca selengkapnya







