Apakah Boleh Puasa di Hari Tasyrik? Begini Hukumnya

Posted on

Tiga hari setelah Idul Adha (nahar) yakni tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah disebut sebagai Hari Tasyrik. Hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum.

Jika disebut sebagai hari makan minum, lalu bagaimana jika umat muslim berpuasa di Hari Tasyrik? Simak penjelasannya di bawah ini.

Dikutip infoNews, sebelum membahas hukum berpuasa di Hari Tasyrik, infoers perlu tahu asal usulnya. Hari Tasyrik secara bahasa merujuk pada kata tasyriq yang artinya penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari). Akan tetapi, hari Tasyrik biasanya merujuk pada tiga hari setelah hari Nahar (10 Dzulhijjah), yaitu 11, 12, 13 Dzulhijjah.

Pada hari-hari tersebut, umat Islam diperkenankan menyembelih hewan kurbannya. Sebagian ulama berpendapat, hari Tasyrik terdiri atas tiga hari. (Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, [Kairo, Darul Hadits: 2004 M/1424 H], juz IV, halaman 281).

وأيام التشريق ثلاثة بعد يوم النحر سميت بذلك لتشريق الناس لحوم الأضاحى فيها وهو تقديدها ونشرها في الشمس

Artinya: “Hari Tasyrik adalah sebutan bagi tiga hari (11, 12, 13 Dzulhijjah) setelah hari nahar (10 Dzulhijjah). Tiga hari itu dinamai demikian karena orang-orang menjemur daging kurban di waktu tersebut, yaitu mendendeng dan menghampar daging pada terik matahari,” (Al-Imam An-Nawawi, Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, [Kairo, Darul Hadits: 2001 M/1422 H], juz IV, halaman 273).

Mengutip situs resmi MUI, umat Islam dilarang untuk berpuasa pada hari Tasyrik. Larangan puasa di hari Tasyrik disebabkan waktu tersebut sangat dianjurkan untuk menikmati berbagai hidangan dan olahan dari daging kurban.

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW pernah mengabarkan terkait larangan puasa saat hari Tasyrik sebagai berikut:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ

“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: ‘Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)

Pada kesempatan lain, Hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954).

Menurut situs NU Online, larangan puasa saat hari Tasyrik juga mendasar pada hadits riwayat Abu Dawud dan Muslim seperti dikutip Syekh Abu Zakariya Al-Anshari dalam Kitab Asnal Mathalib berikut ini.

قوله (وَكَذَا أَيَّامُ التَّشْرِيقِ) وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَ يَوْمِ الْأَضْحَى لِلنَّهْيِ عَنْ صِيَامِهَا فِي خَبَرِ أَبِي دَاوُد بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ وَفِي خَبَرِ مُسْلِمٍ أَنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ Artinya,

“(Demikian juga hari tasyrik), yaitu tiga hari setelah Idhul Adha karena larangan puasa pada hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad sahih dan pada hadits riwayat Muslim, ‘Bahwa itu semua adalah hari makan, minum, dan zikir kepada Allah SWT.” (Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib, juz V, halaman 314).

Asal-usul Hari Tasyrik

Tidak Boleh Puasa di Hari Tasyrik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *