Nabi Muhammad SAW memiliki 11 orang istri. Rasullah punya cara sendiri memperlakukan istrinya.
11 wanita yang dinikahi itu bukan karena hasrat pribadi Nabi Muhammad SAW. Pernikahan itu memiliki tujuan mulia seperti memberi perlindungan, memperkuat hubungan kekerabatan, dan menghormati pengorbanan.
Dikutip infoHikmah dari buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri, dan Putri Nabi Muhammad karya Syofyan Hadi, berikut ini nama 11 istri Rasulullah dan profil singkatnya.
Khadijah, istri pertama Nabi Muhammad SAW adalah seorang pengusaha sukses di Makkah. Dikenal dengan julukan “Tahira” (suci), ia adalah wanita pertama yang memeluk Islam dan termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam).
Kesetiaannya yang selalu mendampingi Nabi menjadikannya pilar utama dalam dakwah Islam.
Istri kedua Nabi, Saudah, dinikahi saat ia berusia 70 tahun. Pernikahan ini bertujuan untuk melindungi Saudah dari ancaman kaum musyrikin, yang saat itu menjanda karena suaminya gugur dalam pertempuran.
Aisyah RA adalah satu-satunya istri Nabi yang dinikahi saat masih gadis. Aisyah dikenal cerdas dan memiliki pemahaman dalam ilmu fikih.
Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bersabda, “Keutamaan Aisyah atas wanita yang lainnya bagaikan keutamaan tharid (roti yang dibubuhkan dan dimasukkan ke dalam kuah) atas makanan-makanan lainnya.”
Zainab binti Khuzaimah menikah pada usia 29 tahun. Ia dikenal sebagai “ibu orang-orang miskin” karena kedermawanan dan kemurahan hatinya. Sayangnya, beliau wafat beberapa bulan setelah pernikahannya dengan Nabi.
Nama aslinya adalah Hindun binti Abu Umayyah. Ia adalah janda dari seorang sahabat yang gugur di Perang Uhud akibat luka.
Nabi Muhammad SAW menikahinya untuk menghibur Ummu Salamah karena menghormati pengorbanan suaminya di jalan Allah SWT.
Istri keenam Nabi adalah Zainab binti Jahsy. Ia dikenal karena dermawan. Zainal juga sering terlibat dalam berbagai aktivitas sosial, khususnya dalam membantu mereka yang kesulitan.
Pernikahan Nabi dengan Juwairiyah bertujuan untuk memperkuat hubungan antara umat Islam dan suku Bani al-Musthaliq.
Shafiyah adalah seorang mualaf dari suku Bani Nadhir. Shafiyah dikenal cerdas berkat kegemarannya dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Ummu Habibah dikenal karena kelembutan dan kesopanannya. Padahal ayahnya adalah seorang kafir dan suaminya murtad, namun ia tetap teguh dalam keimanannya terhadap Islam.
Maimunah termasuk dalam golongan ummahatul mukminin (ibu dari kaum mukminin), yang menunjukkan status mulianya sebagai istri Nabi.
Mariyah al-Qibtiyah juga termasuk dalam golongan ummahatul mukminin (ibu orang-orang beriman) dan dikenal karena pengetahuannya yang luas.
Selain mengenal sosok para istri beliau, penting juga untuk meneladani cara Rasulullah SAW memperlakukan mereka. Merujuk buku Telaga Cinta Rasulullah karya Fuad Bawazir, berikut beberapa caranya.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW sering meluangkan waktu untuk berbincang dengan istrinya pada malam hari, dalam sebuah hadits dikatakan, “Dahulu Rasulullah SAW jika berkumpul bersama Aisyah RA di malam hari maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar.” (HR Bukhari)
Mengungkapkan Cinta Secara Langsung
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Aku diberi rezeki berupa rasa cinta kepada istriku.” (HR Muslim). Hadis ini menganjurkan suami untuk mengungkapkan rasa cinta dengan tulus.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah mengusap air mata istrinya yang bernama Shafiyah. Beliau berusaha menenangkannya saat menangis karena untanya berjalan lambat.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat, lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan air mata dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis.” (HR Nasa’i)
Aisyah RA mengatakan, Rasulullah SAW tidak pernah memukul istrinya meskipun hanya sekali. Dalam sebuah hadits dijelaskan, “Aisyah RA pernah bertutur, ‘Suamiku tidak pernah memukul istrinya meskipun hanya sekali’.” (HR Nasa’i)
Aisyah RA pernah bersaksi bahwa Rasulullah biasa membantu pekerjaan rumah tangga ketika berada di rumah. Hal ini diungkapkan Aisyah RA saat ditanya oleh seorang sahabat tentang apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat berada di dalam rumah bersama istrinya.
“Dahulu Rasulullah biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya,” (HR Bukhari)
Kisah para istri Nabi dan cara beliau memperlakukan mereka adalah teladan agung bagi setiap pasangan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan menerapkannya dalam kehidupan rumah tangga.