Wacana larangan impor pakaian bekas menimbulkan kekhawatiran bagi para pedagang monza di Medan. Mereka menyebut kebijakan tersebut dapat memutus mata pencaharian para pedagang yang bergantung pada bisnis ini.
Pedagang Pasar Sambu Medan, Winda menyebut dirinya sudah berdagang pakaian bekas selama puluhan tahun. Baginya, berdagang pakaian bekas menjadi satu-satunya mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Sejauh ini belum ada kita dengar untuk di sini (Pasar Sambu), cuma jangan lah asal main larang aja. Sudah dari tahun 2000 aku jualan di sini sama pedagang kecil lain, mereka yang juga mencari nafkah dari jualan ini,” ungkap Winda kepada infoSumut, Jumat (7/11/2025).
Winda menyebutkan bahwa pemerintah daerah juga harus bijak dalam menyikapi wacana tersebut. Ia berharap pemerintah tidak hanya memberikan larangan namun juga solusi.
“Kalau memang harus dilarang, kasihlah solusinya. Jangan main larang-larang aja tapi pedagang di sini dibiarkan, ada ratusan kita di sini,” ujarnya.
Hal serupa juga turut disampaikan Ida, pedagang tas bekas. Ia menyebut usaha pakaian bekas belum tentu menjadi faktor matinya industri tekstil dan UMKM lokal.
Ia justru menyinggung barang impor dari Cina turut menjadi sumber jenama lokal sulit berkembang.
“Barang-barang impor Cina sekarang itu bisa dibilang lebih parah, barangnya murah dan banyak masuk ke sini. Kita ini jualan udah lama dan cuma pedagang kecil lah kami di sini. Itu distributor-distributor yang jual produk China yang perlu diawasi,” kata Ida.
Pasar Sambu Medan selama ini dikenal sebagai salah satu pasar yang menjual pakaian, tas, sepatu, gorden bekas. Lokasi tersebut kerap dipadati warga Medan.
Harga pakaian yang ditawarkan bahkan mulai dari Rp 5.000-an per potongnya.
Hal ini tentunya membuat warga Medan, khususnya yang memiliki penghasilan rendah, lebih memilih membeli pakaian di pasar pakaian bekas. Mereka berharap agar pasar monza ini tidak ditutup, namun diberikan solusi.
“Sebenarnya kurang setuju ya, karena ini sama aja ratusan pedagang di sini usahanya mati. Kita yang gajinya rendah pun pilihnya ke sini karena murah kan, tapi pun kita juga ada beli produk lokal kalau memang ada uangnya,” ucap warga Medan, Suci.
