Pusat Layanan Autis (PLA) Batam, satu-satunya lembaga pelayanan terapi bagi anak penyandang autisme Kepulauan Riau (Kepri), kini mengalami kekurangan tenaga terapis. Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad mengaku belum mendapatkan laporan terkait kondisi tersebut.
“Belum sampai ke saya laporannya,” kata Ansar, Jumat (11/7/2025).
Disinggung soal kekurangan terapis di PLA Batam hingga adanya iuran sebesar Rp100 ribu dari orang tua siswa untuk kegiatan, Ansar mengaku akan menindaklanjuti hal tersebut.
“Nanti saya coba cek betul-betul, ya,” ujarnya.
Sebelumnya, para orang tua mengeluhkan minimnya tenaga pengajar di pusat layanan autis Batam.Kondisi itu dikeluhkan para orang tua siswa yang merasakan dampaknya selama dua bulan terakhir ini.
“Saat ini hanya ada satu terapis, sebelumnya tiga orang, tapi dua orang lainnya sudah lolos seleksi PPPK. Jika satu lagi juga lolos, maka tidak ada lagi terapis di PLA,” kata Rana, salah satu orang tua siswa, Rabu (2/7).
PLA Batam sebelumnya memiliki lima orang staf, terdiri dari tiga terapis, satu tenaga usaha, dan satu petugas kebersihan. Namun seluruhnya kini telah mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), dan setelah dilantik tidak lagi ditempatkan di PLA.
“Harusnya setelah lulus PPPK, mereka dikembalikan lagi ke PLA, karena memang dari awal ditugaskan di sana,” Ujarnya.
Rana menyebut kondisi ini sangat mempengaruhi layanan kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Tidak hanya terapi yang terhenti, kebersihan dan aktivitas di PLA pun terganggu karena kekurangan staf.
“Sekarang kotor di mana-mana. Dulu sampai 60 anak, sekarang tinggal 15 karena tidak ada terapis,” ucapnya.