Gubsu Bobby Nasution menyebut semburan lumpur panas di Kabupaten Mandailing Natal disebabkan oleh faktor alam. Ia menyinggung terkait ganti rugi lahan masyarakat.
Bobby menyebutkan bahwa semburan lumpur panas tersebut bukan berasal dari ulah manusia. Hal ini ia katakan usai berdiskusi dengan Dirjen dan Menteri ESDM.
“Sudah, kemarin kita sudah berdiskusi dengan Dirjen dan Menteri ESDM. Dari hasil penelitian mereka, itu bukan karena ulah manusia atau sebuah perusahaan melainkan disebabkan karena fenomena alam,” ungkap Bobby usai rapat koordinasi pengelolaan Pertanahan dan Tata Ruang bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid di Kantor Gubernur Sumut, Rabu (7/5/2025).
Diberitakan sebelumnya, sejumlah video menampilkan semburan lumpur panas muncul di sekitar PT Sorik Marapi Geothermal (SMGP) di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut).
Semburan lumpur panas disebut muncul tidak jauh dari lokasi pengeboran PT SMGP tersebut.
Dalam video yang dilihat infoSumut, Jumat (25/4), terlihat kepulan asap terlihat muncul di atas lumpur panas. Semburan lumpur panas itu muncul di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan.
Dijelaskan jika semburan lumpur panas itu muncul di areal perkebunan masyarakat. Akibatnya, lahan itu tidak dapat lagi dikelola oleh masyarakat.
PT SMGP pun menjelaskan soal keberadaan lumpur panas tersebut usai pihak perusahaan melakukan pengecekan bersama Dinas Lingkungan Hidup Madina.
“PT SMGP bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal melakukan tinjauan lapangan langsung ke lokasi manifestasi yang ditampilkan dalam video tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa titik manifestasi tersebut berada di Lokasi lain di Desa Roburan Dolok dan tidak berada di area sumur Pad-E PT SMGP, jarak 1-2 kilometer (dari lokasi),” kata Corporate Communication Manager PT SMGP Agung Iswara dalam keterangannya, Sabtu (26/4/2025).
Agung menyebutkan jika lumpur panas yang muncul itu merupakan fenomena alami yang terpantau sejak 2021. Sehingga tidak memiliki hubungan langsung dengan pengeboran yang sudah dilakukan oleh PT SMGP sejak 2017.
“Sementara manifestasi yang berada di sekitar area Pad-E merupakan fenomena alamiah yang telah terpantau sejak tahun 2021. PT SMGP menegaskan bahwa manifestasi ini tidak memiliki hubungan langsung dengan sumur-sumur pada Wellpad E. Sumur-sumur tersebut telah dibor sejak tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah berhasil mengalirkan uap ataupun fluida panas bumi dengan tekanan kepala sumur 0 Barg atau tidak bertekanan dan saat ini tidak ada aktivitas produksi, sehingga sumur-sumur tersebut tidak berkaitan dengan fenomena manifestasi yang dilaporkan,” sebutnya.
Lumpur panas itu disebut merupakan hal yang umum terjadi di wilayah dengan potensi panas bumi. Masyarakat disebut sudah sering melihat lumpur panas jauh sebelum adanya eksplorasi oleh PT SMGP di lokasi itu.