Hari Ini, Pesawat Mandala Air Jatuh di Kota Medan

Posted on

Hari ini, pesawat Maskapai Mandala Air jatuh di Kota Medan. Tepat 20 tahun, pesawat yang mengangkut kurang lebih seratusan orang ini menghantam Jalan Jamin Ginting Medan di tahun 2005.

5 September 2005 menjadi sejarah kelam bagi dunia penerbangan Indonesia maupun warga Medan saat itu. Jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan RI-091 ini mengagetkan warga di pagi hari dengan bunyi hantaman keras seperti ledakan bom.

Saat itu, suara teriakan histeris warga terdengar dimana-mana. Rumah warga porak poranda kena hantaman pesawat maupun serpihan yang melayang ke arah pemukiman.

Hal tersebut dikenang warga Medan Adnan (50) yang menjadi saksi hidup bagaimana pesawat tersebut jatuh dan menewaskan banyak warga setempat.

“Waktu beli sarapan ada suara keras sekali dan jeritan orang-orang. Saya langsung naik kereta (sepeda motor) dekat ke lokasi. Wah banyak kali lah asap, tangisan, banyak juga warga sini yang kena serpihan sampai berdarah-darah,” kata Idrus kepada infoSumut.

Pesawat rute Medan-Jakarta ini ternyata juga menewaskan Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin periode (1998-2005) dan Gubernur Sumut Raja Inal Siregal periode (1988-1998).

Seperti diketahui, penyebab jatuhnya pesawat Mandala Airlines di permukiman warga Medan baru mulai tersingkap setahun setelah insiden itu terjadi. Menurut keterangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), setidaknya ada tiga hal yang menjadi pemicu jatuhnya pesawat kode penerbangan RI-091 itu.

Dua pemicu pertama adalah kondisi flap dan slat (alat menambah daya angkat pesawat saat take-off) yang tidak turun sewaktu pesawat hendak lepas landas. Kedua komponen tersebut sangat krusial ketika pesawat melakukan take-off.

“Untuk lepas landas, harus menggunakan flap dan slat. Kalau tidak digunakan dengan semestinya, ada potensi pesawat akan celaka,” kata anggota tim investigasi kasus pesawat Mandala Airlines, Prita Widjaya, dalam jumpa pers di Dephub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/10/2006).

Pemicu berikutnya adalah prosedur check list yang tidak sesuai persyaratan. Hal ini dapat menyebabkan tidak teridentifikasinya keadaan flap yang belum turun yang seharusnya mengaktifkan suara take off warning horn (alat bantu peringatan). Akan tetapi, dari hasil rekaman cockpit voice recorder (CVR), tidak terdengar suara take off warning horn.

“Kita tidak mendengar penerbang melakukan check list. Padahal menurut aturan, check list itu harusnya ada,” kata pilot senior Garuda, Soerjanto.

Meski dugaan pemicu jatuhnya pesawat Mandala Airlines telah muncul ke permukaan, KNKT tidak berwenang menyimpulkan apakah insiden tersebut terjadi karena technical error atau human error.