Jangan terburu-buru mengambil utang. Ada sejumlah hal penting yang sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memutuskan berutang.
Selama ini, utang sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif dan identik dengan masalah keuangan. Padahal, bila dimanfaatkan secara tepat dan bijak, utang justru bisa menjadi instrumen finansial untuk memperbaiki kondisi ekonomi serta membantu mencapai tujuan hidup.
Karena itu, pemahaman mengenai jenis-jenis utang menjadi krusial. Dengan mengetahui perbedaan utang yang memberi nilai tambah dan utang yang hanya menambah beban pembayaran, seseorang bisa menghindari risiko keuangan yang tidak perlu.
Dalam unggahan di akun Instagram resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagaimana dilansir infoFinance, dijelaskan secara umum utang terbagi ke dalam dua kategori, yakni utang konsumtif dan utang produktif.
Utang konsumtif adalah pinjaman yang digunakan untuk membeli barang atau jasa yang tidak menghasilkan pemasukan, sehingga hanya memperbesar pengeluaran. Contohnya, berutang untuk membeli tiket konser, ponsel keluaran terbaru, dan kebutuhan serupa lainnya.
Sebaliknya, utang produktif merupakan pinjaman yang dimanfaatkan untuk membeli barang atau aset yang berpotensi menghasilkan pendapatan. Misalnya, utang untuk modal usaha atau membeli kendaraan yang kemudian disewakan.
Selain memahami jenis utang, masyarakat juga disarankan mempertimbangkan tiga hal sebelum berutang, yaitu:
1. Memastikan apakah utang tersebut benar-benar dibutuhkan
2. Mengecek kemampuan membayar cicilan setiap bulan
3. Memahami secara menyeluruh jenis utang yang akan diambil.
“Total cicilan utang (produktif dan konsumtif) idealnya maksimum 30% dari pendapatan, sedangkan khusus untuk utang konsumtif maksimum 10%,” tulis OJK dalam unggahannya.
Dengan memahami klasifikasi utang dan mempertimbangkan tiga aspek tersebut, seseorang diharapkan tidak gegabah dalam menarik pinjaman. Langkah ini penting agar risiko finansial akibat jebakan utang dapat dihindari.







