Jejak Telaga Tunggal Langkat, Sumur Minyak Pertama di Indonesia baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Kabupaten Langkat menyimpan banyak sejarah. Namanya diambil dari kesultanan melayu yang dulunya memimpin wilayah tersebut, yakni Kesultanan Langkat.

Di sana juga berdiri megah Masjid Raya Azizi yang menjadi satu dari sekian banyaknya peninggalan Kesultanan Langkat. Masjid ini menjadi simbol kebesaran kesultanan melayu tersebut di masa lalu.

Selain terkenal dengan Masjid Raya Azizi, Langkat juga ternyata menyimpan sejarah besar dalam hal minyak bumi. Konon, sumur minyak bumi pertama di Indonesia ditemukan di wilayah tersebut, tepatnya di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan.

Lokasinya sekitar 110 kilometer barat laut Medan. Desa Telaga Said ini merupakan sebuah desa kecil yang berada dalam areal perkebunan kelapa sawit.

Seperti apa awal mula penemuan sumur ini? Apakah benar sumur ini menjadi sumur minyak pertama di Indonesia? Berikut infoSumut rangkum penjelasannya:

Dikutip dari buku ‘Peristiwa Bumi Hangus Pangkalan Brandan’ yang ditulis oleh Irini Dewi Wanti dijelaskan bahwa hingga abad ke-19 minyak bumi difungsikan secara terbatas hanya untuk pengobatan. Para opsir VOC di Indonesia waktu itu memanfaatkan minyak bumi sebagai obat untuk menghilangkan rasa kaku pada kaki dan paha.

Pencarian minyak di Indonesia diawali oleh seorang warga Belanda bernama Aeliko Janszoon Zijlker. Aeliko merupakan seorang ahli perkebunan tembakau di massa Deli Tobacco Maatschappij, perusahaan perkebunan yang ada di Sumatera Timur pada masa itu.

Pada tahun 1833, Aeilko melaksanakan inspeksi di Telaga Tiga Langkat. Lalu, dia berteduh di sebuah tempat karena hujan terus turun hingga larut malam.

Kemudian salah seorang pembantunya menyalakan sebuah obor yang sebelumnya dicelupkan ke dalam cairan hitam yang terdapat dipermukaan sebuah genangan air di tempat itu. Ternyata nyala api obor yang berbeda dengan nyala api biasa.

Pada keesokan harinya, dia pun memeriksa genangan tersebut dan menemukan tanda-tanda minyak bumi. Aeilko pun menghubungi rekan-rekannya di Belanda untuk mengumpulkan dana demi kepentingan eksplorasi minyak di Langkat.

Usai mendapatkan uang, dia pun mengurus izinnya dan mendapatkan persetujuan konsesi dari Sultan Langkat masa itu Sultan Musa pada 8 Agustus 1883.

Eksplorasi pertama dilakukan Zijlker di Telaga Tiga. Saat proses pengeboran di Telaga Tiga itu, diperoleh minyak mentah, tetapi dengan hasil yang tidak begitu banyak. Hingga tanggal 17 November 1884, setelah pengeboran berlangsung sekitar dua bulan, minyak yang diperoleh hanya sekitar 200 liter.

Pada akhirnya, Zijlker dan rekan-rekannya mengalihkan pengeboran ke daerah konsesinya di sebelah timur. Memang pada masa itu, konsesi yang diberikan Sultan Musa cukup luas, mulai dari wilayah pesisir Sei Lepan, Bukit Sentang sampai ke Bukit Tinggi, Pangkalan Brandan. Dengan begitu, Zijlker bisa mencari lebih banyak titik pengeboran.

Pengeboran kedua pun dilakukan di Desa Telaga Said. Di lokasi kedua ini, pengeboran mengalami kendala karena struktur tanah yang lebih keras jika dibandingkan dengan struktur tanah di Telaga Tiga.

Zijlker pun terus melakukan pengeboran dan pada kedalaman 22 meter ditemukan minyak sebanyak 1.710 liter dalam waktu 48 jam kerja. Saat mata bor menyentuh kedalaman 31 meter, minyak yang dihasilkan pun mencapai 86.402 liter.

Jumlah itu terus bertambah hingga pada 15 Juni 1885, ketika pengeboran mencapai kedalaman 121 meter, tiba-tiba muncul semburan kuat gas dari dalam berikut minyak mentah dan material lainnya dari perut bumi. Sumur itu kemudian dinamakan Telaga Tunggal l.

Penemuan sumur minyak pertama di Nusantara ini berjarak sekitar 26 tahun dari penemuan sumur minyak komersial pertama di dunia pada 27 Agustus 1859 di Titusville, negara bagian Pennsylvania, yang diprakarsai Edwin L Drake dan William Smith dari Seneca Oil Company.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Aeliko Janszoon Zijlker memang bukan orang pertama yang melakukan pengeboran minyak di Indonesia. Bahkan, pada saat yang hampir bersamaan dengan Zijlker, seorang warga Belanda lainnya Kolonel Drake, juga melakukan pencarian ladang minyak di Pulau Jawa, namun Zijlker mendahuluinya.

Jauh sebelum itu, pada tahun 1871, seorang warga Belanda bernama Jan Reerink menjadi orang pertama yang membor bumi Nusantara untuk mencari emas hitam. Meski begitu usahanya juga berhasil. Reerink mencoba peruntungannya di Cibodas Tangat, Kecamatan Majalengka, Jawa Barat.

Namun, karena kurang pengalaman dan peralatan, pengeboran hanya berhasil mencapai kedalaman 33 meter. Tahun 1872 pemboran dihentikan karena banyaknya longsoran tanah.

Pengeboran di lokasi kedua yang jaraknya sekitar semeter dari lubang pengeboran pertama, berhasil ditemukan minyak pada kedalaman 22 meter. Namun sepanjang tahun 1872, minyak yang berhasil ditemukan tak lebih dari 6.176 kilogram saja.

Usaha itu dinyatakan gagal total pada 16 Desember 1974, setelah berkali-kali mengalami kegagalan.

Namun kegagalan itu akhirnya dituntaskan Zijlker. Semburan minyak dari Sumur Telaga I jadi momentum pertama keberhasilan penambangan minyak di Indonesia. Nama Aeliko Janszoon Zijlker pun tercatat dalam sejarah pertambangan dan industri perminyakan Indonesia, sebagai penemu sumur minyak pertama.

Telaga Tunggal I itu sendiri akhirnya akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 1934 setelah minyaknya habis disedot pemerintah Belanda yang mengelola ladang minyak ini melalui perusahaan Bataafsche Petroleum Matschappij (BPM).