YouTuber Jerome Polin menjelaskan alasan kenapa jasad ayahnya Marojahan Sintong Sijabat dikremasi daripada dikubur. Jerome menyebut hal itu adalah keinginan ayahnya.
“Dari kecil, dari dulu, papa sudah ngomong kremasi saja,” ujar Jerome dalam Channel YouTube Jehian PS | Influencer Manager, dikutip infoHot, Selasa (4/11/2025).
Menurut Jerome, sang ayah tak ingin merepotkan orang lain setelah meninggal dunia. Sang ayah juga ingin selalu diingat.
“Supaya nggak ngerepotin. Kalau dikubur kan kata papa ingatnya di situ, kalau dikremasi, biar papa hidupnya diingetan kita semua. Ya memang itu permintaan papa,” tuturnya.
Ibunda Jerome Polin, Chrissie, sudah bicara mengenai kronologi meninggalnya sang suami. Pada Selasa (28/10) malam, Marojahan merasakan sakit perut yang tak biasa. Kondisi ini membuat keluarga panik dan segera membawanya ke IGD terdekat.
“Tiba-tiba dia merasakan perutnya seperti melilit. Tapi melilitnya gak hilang-hilang dan terasa makin sakit gitu,” ungkap Chrissie saat memberikan keterangan di rumah duka Grand Surabaya.
Keterbatasan peralatan medis di rumah sakit pertama membuat penyebab pasti penyakitnya tidak diketahui secara jelas. Setelah di-rontgen dan diberi obat antinyeri, pihak rumah sakit hanya menyarankan untuk menunggu visit dokter keesokan paginya. Merasa ada yang tidak beres, keluarga memutuskan untuk membawa Marojahan ke National Hospital di Surabaya untuk penanganan lebih lanjut.
Di Surabaya, hasil CT scan akhirnya mengungkap diagnosis yang lebih serius. Dokter memperkirakan adanya sumbatan di usus yang disebabkan oleh gumpalan darah beku. Keluarga mempersiapkan diri untuk operasi yang dijadwalkan pada hari Kamis (30/10).
“Jadi istilah kedokterannya itu clot namanya,” jelas Chrissie.
Kondisi Marojahan menurun drastis sebelum operasi dapat dilakukan. Ternyata, kondisi kritis tersebut dipicu oleh penemuan clot lain yang menyumbat pembuluh darah menuju paru-paru.
“Ternyata clot-nya itu ada lagi di pembuluh darah yang menuju paru-paru sehingga paru-parunya tidak bisa mendapatkan oksigen karena jalannya ke paru-parunya tersumbat,” terangnya.
Selama berjam-jam, tim medis berjuang keras sementara keluarga terus memberikan dukungan. Namun, takdir berkata lain. Setelah perjuangan yang gigih, semua peralatan monitor menunjukkan penurunan fungsi vital.
“Semuanya semakin menurun, menurun, menurun sampai akhirnya Pak Marojahan dinyatakan sudah tidak ada lagi,” tutup Chrissie dengan pilu.
Di Surabaya, hasil CT scan akhirnya mengungkap diagnosis yang lebih serius. Dokter memperkirakan adanya sumbatan di usus yang disebabkan oleh gumpalan darah beku. Keluarga mempersiapkan diri untuk operasi yang dijadwalkan pada hari Kamis (30/10).
“Jadi istilah kedokterannya itu clot namanya,” jelas Chrissie.
Kondisi Marojahan menurun drastis sebelum operasi dapat dilakukan. Ternyata, kondisi kritis tersebut dipicu oleh penemuan clot lain yang menyumbat pembuluh darah menuju paru-paru.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Ternyata clot-nya itu ada lagi di pembuluh darah yang menuju paru-paru sehingga paru-parunya tidak bisa mendapatkan oksigen karena jalannya ke paru-parunya tersumbat,” terangnya.
Selama berjam-jam, tim medis berjuang keras sementara keluarga terus memberikan dukungan. Namun, takdir berkata lain. Setelah perjuangan yang gigih, semua peralatan monitor menunjukkan penurunan fungsi vital.
“Semuanya semakin menurun, menurun, menurun sampai akhirnya Pak Marojahan dinyatakan sudah tidak ada lagi,” tutup Chrissie dengan pilu.







