Kerugian Bencana di Tapteng Rp 5,4 T, Masinton Minta Tambahan Dana Khusus

Posted on

Kerugian sementara akibat banjir bandang-longsor di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) mencapai Rp 5,4 triliun. Bupati Tapteng Masinton Pasaribu meminta tambahan dana khusus ke pemerintah pusat agar mempercepat recovery.

“Kerugian sementara yang kami hitung itu ada Rp 5,4 triliun lebih kurang segitu, baik itu fasilitas umum, perkantoran, jalan, jembatan, sawah, pasar dan lain sebagainya,” kata Masinton Pasaribu di Kantor Bupati Tapteng, Jumat (26/12/2025) malam.

Dengan kerugian sebesar itu, APBD Tapteng dinilai tidak sanggup untuk melakukan recovery. Sehingga harus ada bantuan dana khusus untuk recovery dari pemerintah pusat.

“Ini biaya recovery ini biaya yang sangat besar ini nggak mungkin oleh daerah, tentu selain dana transfer umum yang rutin kami terima dari pusat ke daerah maupun provinsi ke daerah, kami butuh anggaran khusus untuk melakukan rehab dan recovery tadi,” ujarnya.

Masinton menjelaskan jika pemerintah pusat memberikan tambahan dana Rp 2 triliun per tahun, masih dibutuhkan waktu 3 tahun untuk recovery itu. Sehingga bantuan tambahan dana khusus itu dinilai sangat penting untuk memulihkan Tapteng.

“Jika kemudian kami hitung di luar tadi transfer umum dari pusat ke daerah, katakan kami ditambahkan Rp 2 triliun per tahun artinya butuh waktu 3 tahun untuk melakukan recovery tadi,” ucapnya.

Politikus PDIP ini meminta agar pemerintah pusat memberikan atensi dari sisi penganggaran. Sehingga Tapteng kembali pulih mulai dari infrastruktur, perekonomian hingga persawahan.

“Tentu harapan kami adalah kami ingin mempercepat ini semua dan tentu perhatian dari pemerintah pusat yang ingin kami sampaikan nanti agar kami bisa diberikan atensi dari sisi pembiayaan penganggaran agar kami di Tapanuli Tengah ini bisa pulih kembali, baik infrastruktur, perekonomian, persawahannya sebagai ladang penghidupan tadi,” sebutnya.

70 persen lahan persawahan masyarakat disebut rusak parah. Sehingga perlu untuk mencetak kembali sawah yang menjadi penghidupan masyarakat.

“Maka kami akan cetakan banyak sawah karena semua sawah-sawah kami 70 persennya mengalami kerusakan parah, tertimbun longsoran kemudian juga terkena banjir bandang sehingga sedimentasinya menutup seluruh persawahan kami,” tuturnya.