Kisah Inspiratif Bik Meli dan Agen Pegadaian yang Majukan Ekonomi Desa

Posted on

Teriakan ‘pinggir’ Bik Meli memecah siang di Jalan Pekan Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Kamis 18 September 2025 lalu. Angkot berhenti di depan Toko Mas R Tarigan G.

Perempuan paruh baya itu turun. Menyerahkan uang Rp 5.000 ke sopir, lalu melangkah mantap menuju toko emas.

Perjalanan perempuan bernama lengkap Melianti Ginting ini tak terlalu jauh, cukup menempuh 10 menit dari rumahnya di Desa Karing, Kecamatan Berampu.

Kedatangannya kali ini bukan untuk membeli perhiasan. Di sudut toko, berdiri papan kecil bertuliskan Agen Pegadaian R Tarigan G. Di sanalah tujuan sebenarnya-Bik Meli hendak menggadaikan kalung emas miliknya.

Di balik meja, Wanna Ria menyambutnya dengan senyum ramah. Ia adalah pengelola sekaligus pemilik outlet Agen Pegadaian R Tarigan G.

Dari tas rajutnya, Bik Meli mengeluarkan sebentuk kalung emas, lengkap dengan surat dan keterangan karatase. Wanna memeriksa, menghitung dengan kalkulator, lalu menunjukkan hasil taksiran.

Angka yang muncul di layar membuat Bik Meli tersenyum: Rp 6 juta. Ia setuju. Setelah menandatangani Surat Bukti Gadai (SBG), uang tunai pun berpindah tangan.

“Terima kasih, ya. Akhirnya aku punya modal untuk panen cabai,” ujarnya lega.

Kalung itu semula ingin ia jual. Namun, setelah mengenal layanan Pegadaian, ia lebih memilih menggadaikannya. Apalagi perhiasan itu hadiah dari almarhum suami.

“Sudah beberapa kali aku gadaikan emasku di sini. Nggak perlu jual, sayang kalau dijual. Jadi kalau mau bayar orang buat panen sayur di ladang, ke sini (Agen Pegadaian) saja. Nanti tinggal cicil, kan bunganya kecil,” katanya.

Memasuki tahun kedua sebagai nasabah Agen Pegadaian, Bik Meli mengaku kini usahanya kian lancar. Ia pun cukup senang banyak petani terbantu dengan sistem pembayaran di agen pegadaian yang cepat dan bunga cicilan rendah.

“Terbantu kali ekonomi kami di desa apalagi petani yang butuh modal kan, sekarang kalau panen juga lancar bayar upah pekerja, nggak perlu nunggu lama. Nggak perlu minjam sama rentenir yang bunganya tinggi kalau ada Agen Pegadaian ini. Emas kami juga tetap bisa ada kalau cicilannya lunas. Kalau lancar panen kan petani makin giat tanpa pusing dulu,” ucapnya.

Wanna Ria mengenal dunia gadai sejak 2021. Saat itu ia sudah memiliki toko emas. Tawaran menjadi Agen Pemasar Pegadaian datang dari pihak kantor cabang.

“Awalnya saya ditawari oleh pihak Pegadaian. Setelah melihat peluang, saya setuju bergabung,” cerita Wanna.

Kinerja apiknya membuat ia naik level menjadi Agen Pegadaian penuh. Ia mengikuti pelatihan, belajar menaksir emas, dan memperoleh sertifikat resmi.

Tanggung jawab lebih besar bukan masalah baginya. Sebaliknya, ia melihat prospek bisnis yang menjanjikan. “Memang tanggung jawabnya lebih besar, tapi saya melihat peluangnya bagus,” ujarnya.

Sejak itu, gerainya tak pernah sepi. Nasabah datang bukan hanya siang, tapi hingga malam.

“Kadang sampai jam 11 malam masih ada yang datang. Banyak warga desa yang terbantu, apalagi kalau butuh uang mendesak,” tutur Wanna.

Untuk memperkenalkan layanan Pegadaian, Wanna aktif berpromosi-dari arisan, pesta pernikahan, sampai media sosial. Ia paham betul, kepercayaan di Sidikalang tumbuh dari kedekatan sosial.

“Di sini kita modal kekeluargaan. Orang percaya karena kita satu marga. Jadi kalau petani butuh modal, mereka lebih nyaman datang ke kita,” katanya.

Promosi yang tak pernah berhenti itu berbuah manis. Kini outletnya melayani ratusan nasabah dengan omzet Rp 20 miliar – Rp 30 miliar per bulan.

“Sekarang omzet per bulan bisa sampai Rp 30 miliar,” ujarnya bangga.

Capaian itu membuat Wanna menembus level keanggotaan Emerald, level tertinggi di Pegadaian. Ia sudah mengantongi beragam penghargaan-mulai dari sepeda motor, perjalanan umrah, hingga jalan-jalan ke luar negeri.

Pada 2024, Wanna bahkan dinobatkan sebagai Terbaik Pertama UMKM National Champion di ajang Mitra BUMN Champion. Ia mencatat omzet Rp 65,4 miliar dengan outstanding loan (OSL) Rp 13,6 miliar.

Namun, bagi Wanna, penghargaan bukan tujuan akhir. “Kita ini bukan cuma jualan. Kita juga mengedukasi warga tentang investasi emas. Banyak yang belum paham, jadi kita bantu,” katanya.

Ia menyebut bunga gadai di Agen Pegadaian kecil-mulai 1,1 persen per 15 hari-sehingga terjangkau untuk masyarakat desa.

“Kalau investasi emas belum semua orang paham, masih sebagian kecil. Namun, selalu kita beri edukasi sebagai mitra kita juga turut menjalankan misi Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Apalagi bunga gadai di Agen Pegadaian itu kecil mulai 1,1 persen per 15 hari. Kita harap dapat berikan pelayanan terbaik lah sampai ke pelosok desa,” ucapnya.

Kinerja Wanna menarik perhatian Pegadaian Kanwil I Medan. Menurut Staff Business Support, Yulianti, outlet Wanna kini menjadi agen dengan pendapatan terbesar di Sumut.

“Hampir sama dengan satu outlet Pegadaian. OSL-nya bisa Rp 19 miliar. Agennya sudah sangat berpengalaman,” kata Yulianti.

Hingga September 2025, tercatat ada 169 agen Pegadaian di wilayah CP Sidikalang dengan total omzet Rp 35,2 miliar, melampaui target Rp 17,7 miliar. Secara keseluruhan, Kanwil I Medan yang meliputi Aceh dan Sumut mencatat omzet Rp 1 triliun dengan outstanding loan Rp 482 miliar.

Yulianti menilai kesuksesan Wanna tak lepas dari pendekatannya dengan masyarakat lokal. “Budaya kekeluargaan di Sidikalang itu kuat sekali. Karena itu warga lebih nyaman ke agen yang mereka kenal,” jelasnya.

Pegadaian, lanjut Yulianti, terus mendorong para agen untuk aktif melakukan branding dan menjaga kedekatan dengan warga. “Kita pantau dan dukung agar mereka semangat. Kalau agen merasa diperhatikan, mereka akan lebih giat,” katanya.

Perfoma Agen Pegadaian yang terus menunjukkan tren positif ini menjadi harapan Pegadaian agar literasi terkait investasi emas dapat menjangkau pelosok negeri.

“Peran keagenan untuk #mengEMASkanindonesia ini kita harap seluruh agen mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait investasi emas. Kita menawarkan produk emas Pegadaian bukan hanya bicara profitabilitas perusahaan namun menjual manfaat yang didapat dari investasi emas khusus-nya pembelian emas dengan sistem cicilan,” pungkasnya.

Keberadaan agen Pegadaian juga dinilai memberi solusi keuangan bagi masyarakat desa. Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menilai program ini membuka akses hingga pelosok, terutama di tengah tren harga emas yang naik.

“Menggadaikan emas saat harga emas naik bisa jadi alternatif untuk dapat dana segar. Biasanya, nasabah akan menebus kembali emasnya karena nilainya terus meningkat,” ujarnya.

Gunawan juga menilai sistem gadai lebih sehat dibanding pinjaman online (pinjol). “Pinjol terasa ringan di awal, tapi berat di belakang. Sementara gadai memberi kepastian dan keamanan bagi debitur,” katanya.

Menurutnya, Pegadaian tetap unggul karena fokus pada kepuasan nasabah dan keberlanjutan. Dengan pendekatan yang tepat, usaha gadai bisa menjadi solusi finansial sekaligus bentuk literasi ekonomi bagi masyarakat kecil.

Dari Toko Emas Jadi Agen Pegadaian

Omzet Tertinggi di Sumatera Utara

Alternatif Dana Segar

Gambar ilustrasi

Wanna Ria mengenal dunia gadai sejak 2021. Saat itu ia sudah memiliki toko emas. Tawaran menjadi Agen Pemasar Pegadaian datang dari pihak kantor cabang.

“Awalnya saya ditawari oleh pihak Pegadaian. Setelah melihat peluang, saya setuju bergabung,” cerita Wanna.

Kinerja apiknya membuat ia naik level menjadi Agen Pegadaian penuh. Ia mengikuti pelatihan, belajar menaksir emas, dan memperoleh sertifikat resmi.

Tanggung jawab lebih besar bukan masalah baginya. Sebaliknya, ia melihat prospek bisnis yang menjanjikan. “Memang tanggung jawabnya lebih besar, tapi saya melihat peluangnya bagus,” ujarnya.

Sejak itu, gerainya tak pernah sepi. Nasabah datang bukan hanya siang, tapi hingga malam.

“Kadang sampai jam 11 malam masih ada yang datang. Banyak warga desa yang terbantu, apalagi kalau butuh uang mendesak,” tutur Wanna.

Untuk memperkenalkan layanan Pegadaian, Wanna aktif berpromosi-dari arisan, pesta pernikahan, sampai media sosial. Ia paham betul, kepercayaan di Sidikalang tumbuh dari kedekatan sosial.

“Di sini kita modal kekeluargaan. Orang percaya karena kita satu marga. Jadi kalau petani butuh modal, mereka lebih nyaman datang ke kita,” katanya.

Promosi yang tak pernah berhenti itu berbuah manis. Kini outletnya melayani ratusan nasabah dengan omzet Rp 20 miliar – Rp 30 miliar per bulan.

“Sekarang omzet per bulan bisa sampai Rp 30 miliar,” ujarnya bangga.

Capaian itu membuat Wanna menembus level keanggotaan Emerald, level tertinggi di Pegadaian. Ia sudah mengantongi beragam penghargaan-mulai dari sepeda motor, perjalanan umrah, hingga jalan-jalan ke luar negeri.

Pada 2024, Wanna bahkan dinobatkan sebagai Terbaik Pertama UMKM National Champion di ajang Mitra BUMN Champion. Ia mencatat omzet Rp 65,4 miliar dengan outstanding loan (OSL) Rp 13,6 miliar.

Namun, bagi Wanna, penghargaan bukan tujuan akhir. “Kita ini bukan cuma jualan. Kita juga mengedukasi warga tentang investasi emas. Banyak yang belum paham, jadi kita bantu,” katanya.

Ia menyebut bunga gadai di Agen Pegadaian kecil-mulai 1,1 persen per 15 hari-sehingga terjangkau untuk masyarakat desa.

“Kalau investasi emas belum semua orang paham, masih sebagian kecil. Namun, selalu kita beri edukasi sebagai mitra kita juga turut menjalankan misi Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Apalagi bunga gadai di Agen Pegadaian itu kecil mulai 1,1 persen per 15 hari. Kita harap dapat berikan pelayanan terbaik lah sampai ke pelosok desa,” ucapnya.

Dari Toko Emas Jadi Agen Pegadaian

Kinerja Wanna menarik perhatian Pegadaian Kanwil I Medan. Menurut Staff Business Support, Yulianti, outlet Wanna kini menjadi agen dengan pendapatan terbesar di Sumut.

“Hampir sama dengan satu outlet Pegadaian. OSL-nya bisa Rp 19 miliar. Agennya sudah sangat berpengalaman,” kata Yulianti.

Hingga September 2025, tercatat ada 169 agen Pegadaian di wilayah CP Sidikalang dengan total omzet Rp 35,2 miliar, melampaui target Rp 17,7 miliar. Secara keseluruhan, Kanwil I Medan yang meliputi Aceh dan Sumut mencatat omzet Rp 1 triliun dengan outstanding loan Rp 482 miliar.

Yulianti menilai kesuksesan Wanna tak lepas dari pendekatannya dengan masyarakat lokal. “Budaya kekeluargaan di Sidikalang itu kuat sekali. Karena itu warga lebih nyaman ke agen yang mereka kenal,” jelasnya.

Pegadaian, lanjut Yulianti, terus mendorong para agen untuk aktif melakukan branding dan menjaga kedekatan dengan warga. “Kita pantau dan dukung agar mereka semangat. Kalau agen merasa diperhatikan, mereka akan lebih giat,” katanya.

Perfoma Agen Pegadaian yang terus menunjukkan tren positif ini menjadi harapan Pegadaian agar literasi terkait investasi emas dapat menjangkau pelosok negeri.

“Peran keagenan untuk #mengEMASkanindonesia ini kita harap seluruh agen mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait investasi emas. Kita menawarkan produk emas Pegadaian bukan hanya bicara profitabilitas perusahaan namun menjual manfaat yang didapat dari investasi emas khusus-nya pembelian emas dengan sistem cicilan,” pungkasnya.

Keberadaan agen Pegadaian juga dinilai memberi solusi keuangan bagi masyarakat desa. Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menilai program ini membuka akses hingga pelosok, terutama di tengah tren harga emas yang naik.

“Menggadaikan emas saat harga emas naik bisa jadi alternatif untuk dapat dana segar. Biasanya, nasabah akan menebus kembali emasnya karena nilainya terus meningkat,” ujarnya.

Gunawan juga menilai sistem gadai lebih sehat dibanding pinjaman online (pinjol). “Pinjol terasa ringan di awal, tapi berat di belakang. Sementara gadai memberi kepastian dan keamanan bagi debitur,” katanya.

Menurutnya, Pegadaian tetap unggul karena fokus pada kepuasan nasabah dan keberlanjutan. Dengan pendekatan yang tepat, usaha gadai bisa menjadi solusi finansial sekaligus bentuk literasi ekonomi bagi masyarakat kecil.

Omzet Tertinggi di Sumatera Utara

Alternatif Dana Segar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *