Pihak keluarga menyebut bahwa oknum anggota TNI inisial Serma TDA yang menikam istrinya, A (34) hingga tewas sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kodam I/BB saat ini tengah mendalami hal itu.
“Kita dalami (soal KDRT),” kata Kapendam I/BB Kolonel Inf Asrul Harahap di Kodam I/BB, Jumat (25/7/2025).
Asrul menjelaskan bahwa setelah kejadian memang pelaku melarikan diri dan ditangkap di Bandara Kualanamu. Dia mengatakan bahwa pihaknya juga tengah mendalami rencana tujuan TDA melarikan diri.
“Setelah kejadian pelaku mencoba melarikan diri ke Kualanamu, tapi kita tidak tahu tujuannya. Itu nanti di pendalaman ditemukan semuanya, mulai dari awal sampai selesai, baik dari kronologis dan kemudian mau ke mana?, nanti pendalaman,” jelasnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Asrul menjelaskan bahwa korban dan pelaku memang sudah pisah rumah dalam beberapa bulan terakhir. Namun, setiap paginya, korban datang ke rumah pelaku itu untuk mengantar anaknya sekolah.
Pada saat datang tersebutlah, pelaku menikam korban menggunakan sangkur. Asrul mengatakan saat kejadian pelaku masih mengenakan baju biasa, tidak baju dinas.
“(Korban) datang ke rumah itu seperti biasa antar anaknya sekolah, rutin. Cekcoknya kenapa masih didalami sehingga ditikam. (Pelaku) pakai baju biasa,” ujarnya.
Sebelumnya, pihak keluarga korban menyebut bahwa pelaku dan korban keduanya telah 3 bulan terakhir pisah rumah.
“Setahu saya si Dian (TDA) ini memang suka main pukul, makanya si korban ini sudah nggak tahan sama suaminya. Mereka ini sudah pisah ranjang selama tiga bulan,” kata M Fadhil, abang ipar korban A saat dikonfirmasi infoSumut, Rabu (23/7).
Fadhil menjelaskan bahwa selama pisah rumah itu, A tinggal bersama orang tuanya di Kota Binjai, sementara pelaku dan keempat anak mereka tinggal di rumah orang tua pelaku di Desa Sei Semayang, lokasi pembunuhan itu.
Selama korban tinggal di rumah orangtuanya, kata Fadhil, korban setiap pagi tetap datang ke rumah pelaku untuk mengurus anaknya dan mengantarnya sekolah. Anak mereka yang paling besar sekarang duduk di bangku SMP, sedangkan yang paling kecil masih TK.
“Jadi, korban selama 3 bulan ini tetap menjalankan kewajibannya sebagai ibu untuk mengurus anaknya sekolah, setiap pagi dia datang ke situ,” jelasnya.
Lalu, pada pagi tadi, tiga anak korban telah diantarnya sekolah, hanya tersisa anaknya yang masih TK. Selang beberapa waktu, pelaku mengambil sangkur dan menikam korban.
Fadhil menyebut bahwa Serma TDA sering bermain judi online (judol). Pelaku juga disebut kerap menghabiskan uang hingga jutaan rupiah untuk bermain judi online.
“Dia judi online-nya kuat sangat kuat, sampai berjuta-juta itu biasa (untuk judol), gaji habis satu bulan (untuk judol) itu biasa,” jelasnya.
Selama korban tinggal di rumah orangtuanya, kata Fadhil, korban setiap pagi tetap datang ke rumah pelaku untuk mengurus anaknya dan mengantarnya sekolah. Anak mereka yang paling besar sekarang duduk di bangku SMP, sedangkan yang paling kecil masih TK.
“Jadi, korban selama 3 bulan ini tetap menjalankan kewajibannya sebagai ibu untuk mengurus anaknya sekolah, setiap pagi dia datang ke situ,” jelasnya.
Lalu, pada pagi tadi, tiga anak korban telah diantarnya sekolah, hanya tersisa anaknya yang masih TK. Selang beberapa waktu, pelaku mengambil sangkur dan menikam korban.
Fadhil menyebut bahwa Serma TDA sering bermain judi online (judol). Pelaku juga disebut kerap menghabiskan uang hingga jutaan rupiah untuk bermain judi online.
“Dia judi online-nya kuat sangat kuat, sampai berjuta-juta itu biasa (untuk judol), gaji habis satu bulan (untuk judol) itu biasa,” jelasnya.