Pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus meninggal dunia akibat penyakit stroke. Dr Sergio Alferi mengungkapkan kondisi terakhir Paus sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Diketahui, Paus Fransiskus meninggal pada 21 April 2025 akibat stroke. Saat terakhirnya, Paus Fransiskus sempat membuka matanya dan bernapas dengan oksigen.
Kemudian pada Senin (21/4), Paus tak responsif setelah terserang penyakit. “Dia meninggal tanpa penderitaan, di rumah,” kata Dr Alfieri yang dikutip infoHealth dari AP News.
Dr Alfieri mengkoordinasikan perawatan rumah sakit Paus selama lima minggu akibat pneumonia ganda. Timnya juga terus mengawasi perawatan Paus setelah kembali ke Vatikan pada 23 Maret untuk beristirahat selama dua bulan agar pulih sepenuhnya.
Baru setelah itu, Alfieri diberitahu pada pukul 05.30 pagi waktu setempat pada Senin (21/4) oleh asisten perawatan kesehatan Paus, Massimiliano Strappetti. Ia mengatakan bahwa Paus terserang penyakit dan perlu dibawa ke rumah sakit.
Dokter tersebut pun tiba di tempat Paus sekitar 20 menit kemudian. “Saya masuk ke kamarnya, dan matanya terbuka. Saya perhatikan bahwa ia tidak memiliki masalah pernapasan, jadi saya mencoba memanggilnya, tetapi ia tidak merespons,” jelas Dr Alfieri.
Saat itu, kondisi paru-paru Paus Fransiskus bersih dan sudah menerima oksigen tambahan. “Ia (Paus) juga tidak merespons rangsangan, bahkan rangsangan yang menyakitkan. Pada saat itu, saya mengerti tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Ia koma,” tuturnya.
Menurut Dr Alfieri, terlalu berisiko memindahkan Paus kembali ke rumah sakit Gemelli, tempat ia dirawat karena infeksi pernapasan kompleks. Dua jam setelah sakit, Paus dinyatakan meninggal dunia karena stroke.
“Ia meninggal tanpa penderitaan, di rumah,” ujar Dr Alfieri.
Kondisi Paus Sempat Membaik
Dr Alfieri menjelaskan kondisi pernapasan Paus Fransiskus sempat kritis dan memerlukan perawatan yang intens.
“Kami tahu dia tidak akan kembali ke kondisi sebelumnya, dan infeksi itu telah meninggalkan bekas luka lain di paru-parunya,” terangnya.
“Namun, dia membaik dengan terapi fisik. Saya menemuinya pada Sabtu (19/4), dan saya mendapati dia dalam kondisi yang baik. Saya tidak mengira itu akan menjadi pertemuan terakhir,” pungkas Dr Alfieri.