Berabad-abad lamanya, minyak Karo menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku Karo. Bukan hanya dipakai sebagai obat tradisional untuk meredakan pegal, masuk angin, atau menjaga stamina, minyak khas ini juga mengandung filosofi mendalam yang diwariskan turun-temurun.
Lebih dari sekadar ramuan kesehatan, minyak Karo adalah identitas budaya yang memperkuat ikatan keluarga dan komunitas. Proses pembuatannya melibatkan ritual, nilai kebersamaan, hingga penghormatan pada alam-mencerminkan bagaimana orang Karo menjaga harmoni dalam kehidupan.
“Keunggulan minyak ini bukan hanya pada bahan-bahannya, tetapi juga filosofi di baliknya. Minyak Karo bukan sekadar obat, tapi warisan budaya. Dari dulu nenek moyang kami sudah memakai ini untuk mengobati masuk angin, pegal, tersengat serangga, bahkan sebagai minyak pijat,” ujar Tokoh Adat Karo, Brima Sitepu, Kamis (11/12/2025).
Dijelaskan Brima, minyak Karo umumnya dibuat dari campuran minyak kelapa, rempah-rempah pilihan, serta tanaman herbal khas dataran tinggi Karo seperti sereh, lengkuas, jahe merah, dan kulit kayu tertentu yang dipercaya memiliki khasiat penyembuhan. Proses pembuatannya pun masih dilakukan secara tradisional, dengan cara meracik dan merebus bahan-bahan hingga menghasilkan minyak beraroma kuat.
Brima Sitepu mengatakan di kalangan masyarakat Karo, minyak ini dipercayai dapat meredakan masuk angin serta kembung, mengobati nyeri otot dan sendi, membantu proses pemulihan setelah melahirkan, menghangatkan tubuh, serta sebagai antiseptik alami untuk luka ringan.
“Kehadiran minyak Karo bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga identitas yang sebagai simbol kearifan lokal, jadi selama masyarakat masih menjaga budaya dan resep aslinya, minyak ini akan terus hidup dan menjadi kebanggaan suku Karo,” ungkapnya.
Meski banyak produk modern bermunculan, minyak Karo tetap menjadi pertolongan pertama bagi banyak keluarga Karo. Bahkan, minat masyarakat luar daerah terhadap minyak tradisional ini semakin meningkat seiring naiknya perhatian pada produk herbal alami.
Hingga kini, minyak Karo tetap menjadi bukti kuatnya tradisi lokal dalam merawat kesehatan, sekaligus menunjukkan bahwa kearifan nenek moyang masih relevan di tengah perkembangan zaman.








