Napi Lapas Biaro Tewas Akibat Keracunan Bertambah, 2 Masih Kritis

Posted on

Jumlah warga binaan Lapas Biaro atau Lapas Kelas IIA Bukittinggi yang tewas akibat keracunan minuman oplosan bahan pembuat parfum, bertambah menjadi dua orang, setelah seorang napi meninggal di Rumah Sakit Ahmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi, Kamis (1/5/2025).

Sebelumnya, satu orang napi juga meninggal dalam perawatan di RSUD Bukittinggi. Saat ini, masih ada dua orang napi yang dirawat dengan menggunakan ventilator dan delapan lainnya sudah mulai membaik.

“Ada, satu orang lagi (tambahan meninggal). Ini mau dikoordinasikan. Tadi saya juga ngecek yang mulai membaik,” kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kanwil Ditjen Pas) Sumatera Barat, Marselina Budiningsih kepada wartawan di Bukittinggi.

Direktur Utama RSAM Bukittinggi, Busril juga membenarkan kabar meninggalnya napi tersebut ditempat terpisah.

“Meninggal dunia (satu napi) yang dirawat sejak kemarin. Saat ini ada 8 orang yang sudah dirawat di ruang perawatan Ambun Suri. Sudah terjadi perbaikan. Kalu udah dibawa ke ruangan, artinya sudah mulai membaik,” kata Busril kepada wartawan.

Menurut Busril, masih ada 2 warga binaan lain yang menjalani perawatan intensif dengan bantuan ventilator. Kondisinya dilaporkan kritis.

“Dua masih terpasang ventilator,” jelasnya.

Sebelumnya, ada 22 warga binaan yang dilarikan ke rumah sakit, setelah mengalami keracunan massal.

Marselina Budiningsih mengungkap penyebab keracunan massal tersebut.

Menurutnya, keracunan dipicu oleh bahan pembuat parfum yang kemudian dioplos salah seorang napi menjadi minuman. Membuat parfum merupakan salah satu program bagi warga binaan di Lapas tersebut.

“Jadi, di Lapas ada program kemandirian membuat parfum. Parfum tersebut bahan bakunya adalah alkohol 70 persen,” jelas Marselina.

KataMarselina lagi, salah seorang napi mencuri sisa alkohol pembuatan parfum sekitar 200 mili. Alasannya untuk membersihkan tato. Tapi ternyata disalahgunakan untuk membuat minuman.

“Dari sisa pembuatan (parfum) sekitar 200 mililiter diambil tanpa seizin petugas untuk membersihkan tato. Akan tetapi disalahgunakan, bukan untuk membersihkan tato, tapi digunakan untuk minuman. Dicampur dengan minuman sachet dan es batu, lalu diminum bersama-sama,” katanya.

Ia berjanji akan menindak semua pihak yang terlibat atau lalai, sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa itu.

“Kita akan terus dalami,” janjinya.

Ia membantah ada aktivitas pesta (miras oplosan) di dalam Lapas, yang memicu terjadinya keracunan massal.

“Tidak ada pesta-pesta semacam itu,” katanya lagi. narapidana