Netanyahu Kecam Unjuk Rasa Minta Israel Akhiri Perang Gaza

Posted on

Aksi para pengunjuk rasa di Israel yang menuntut diakhirinya perang di Gaza dikecam Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Aksi itu dinilai Netanyahu secara efektif memperkuat posisi Hamas dalam negosiasi.

“Mereka yang menyerukan diakhirinya perang tanpa kekalahan Hamas hari ini tidak hanya memperkuat posisi Hamas dan menunda pembebasan para sandera kita, tetapi juga memastikan bahwa kengerian 7 Oktober akan terulang kembali,” kata Netanyahu dalam rapat kabinet, merujuk pada serangan Hamas ke Israel pada tahun 2023 yang memicu perang, menurut pernyataan dari kantornya, dilansir infoNews kantor berita AFP, Senin (18/8/2025).

Netanyahu menyampaikan itu usai puluhan ribu warga Israel turun ke jalan-jalan di Tel Aviv pada hari Minggu (17/8). Aksi itu dilakukan untuk menyerukan diakhirinya perang di Gaza.

Para demonstran memegang foto para sandera, mengibarkan bendera kuning, menabuh drum, dan meneriakkan yel-yel untuk membawa pulang warga Israel yang masih disandera di Gaza.

“Kami di sini untuk menegaskan kepada pemerintah Israel bahwa ini mungkin menit-menit terakhir yang kita miliki untuk menyelamatkan para sandera yang ditahan di terowongan Hamas selama hampir 700 hari,” sebut Ofir Penso, seorang guru bahasa Arab berusia 50 tahun, kepada AFP, Senin (18/8/2025).

Aksi para pendemo sudah digelar secara rutin selama hampir 22 bulan perang setelah serangan kelompok Hamas pada tahun 2023. Namun, aksi protes pada hari Minggu (17/8) waktu setempat itu tampaknya menjadi salah satu yang terbesar sejauh ini.

Warga Israel dalam aksi ini berkumpul di tempat yang diberi nama “Lapangan Sandera”, Tel Aviv yang menjadi titik fokus aksi.

“Pemerintah Israel tidak pernah menawarkan inisiatif yang tulus untuk kesepakatan komprehensif dan mengakhiri perang,” ujar Einav Tzangauker, yang putranya, Matan, ditawan di Gaza, di depan kerumunan orang.

“Kami menuntut kesepakatan yang komprehensif dan dapat dicapai serta diakhirinya perang. Kami menuntut apa yang menjadi hak kami — anak-anak kami,” imbuhnya.