Opera Batak: Upaya Melestarikan Budaya Lewat Seni Pertunjukan

Posted on

Opera Batak merupakan satu dari sekian banyak opera di dunia. Opera Batak dinilai sebagai upaya untuk melestarikan budaya melalui seni pertunjukan.

Salah satu orang yang merawat Opera Batak adalah Thompson Hs. Ia mendirikan Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) tahun 2025 bersama sastrawan Sitor Situmorang, Lena Simanjuntak, dan Barbara Brouwer di Kota Pematangsiantar.

Thompson mengatakan tidak ada yang tahu pasti kapan Opera Batak mulai ada. Namun berdasarkan arsip ditemukan, muncul tahun 1926 atau 1927 di beberapa dokumen yang menyebutkan Opera Batak.

“Saya pernah menemukan arsip misalnya satu grup di Samosir namanya Opera Batak Sitamiang, mereka di situ ada tanda tangan menerima honor pada tahun 1927,” kata Thompson kepada infoSumut, Minggu (19/10/2025).

Opera Batak disebut terus terjaga dan bermain dari kampung ke kampung hingga 1980-an. Opera Batak dinilai menjadi suguhan yang menarik ditonton oleh masyarakat.

Setidaknya ada 30 lebih grup Opera Batak, namun mulai hilang di tahun 1980-an. Grup-grup tersebut mulai tidak menggelar pertunjukan lagi.

“Pada tahun 1980-an kan sudah mulai hilang, sudah mulai surut. Ada 30-an grup pas sampai tahun 80-an sudah mulai hilang dia, tidak ada lagi panggungnya, tidak ada lagi orang mau nonton Opera Batak kemana,” ucapnya.

Sehingga dilaksanakanlah revitalisasi tahun 2002 di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, untuk mencari solusi melestarikan Opera Batak. Kemudian Thompson bersama sejumlah temannya mendirikan PLOt di Pematangsiantar pada 2005.

“PLOt itu sebagai upaya lanjutan untuk merevitalisasi Opera Batak karena tahun 2002 itu ada program revitalisasi Opera Batak di Tarutung dan untuk melanjutkan itu kita buatlah di Siantar,” ujarnya.

Saat ini, setidaknya ada 6 grup Opera Batak yang beroperasi. Semua tersebar di Sumatera Utara.

“Setelah revitalisasi sudah ada sekitar enam (grup) lah, ada di Samosir, ada di Siborongborong, ada di Balige, semua masih dalam langkah, belum konsisten seperti Opera Batak terdahulu ya,” ungkapnya.

PLOt sendiri sudah beberapa kali tampil di sejumlah daerah di Indonesia. Termasuk juga pernah menggelar pertunjukan di luar negeri.

Thompson menjelaskan ada tiga elemen Opera Batak yang sangat fundamental, yaitu musik, tarian, dan lakon cerita. Namun penggunaan alat musik tradisional, upacara tradisi hingga sejumlah elemen lain tidak bisa juga dilepaskan dari Opera Batak.

“Jadi ada tiga elemen yang diperkenalkan melalui pertunjukan, dalam perkembangannya ada lagu-lagu yang tercipta, tarian itu bersifat kreasi tapi semua terinspirasi dari tarian tradisional atau ritual, lakon cerita ini diambil dari cerita rakyat, inilah dikombinasikan,” jelasnya.

Pada 22 Agustus 2024, Opera Batak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI). Dukungan dan peran pemerintah dinilai penting untuk terus merawat budaya melalui seni pertunjukan Opera Batak.

“Tentunya (harapannya) didukung oleh negara ya, bagaimana Opera Batak diakui oleh UNESCO seperti Opera China,” tutupnya.

Saat ini, setidaknya ada 6 grup Opera Batak yang beroperasi. Semua tersebar di Sumatera Utara.

“Setelah revitalisasi sudah ada sekitar enam (grup) lah, ada di Samosir, ada di Siborongborong, ada di Balige, semua masih dalam langkah, belum konsisten seperti Opera Batak terdahulu ya,” ungkapnya.

PLOt sendiri sudah beberapa kali tampil di sejumlah daerah di Indonesia. Termasuk juga pernah menggelar pertunjukan di luar negeri.

Thompson menjelaskan ada tiga elemen Opera Batak yang sangat fundamental, yaitu musik, tarian, dan lakon cerita. Namun penggunaan alat musik tradisional, upacara tradisi hingga sejumlah elemen lain tidak bisa juga dilepaskan dari Opera Batak.

“Jadi ada tiga elemen yang diperkenalkan melalui pertunjukan, dalam perkembangannya ada lagu-lagu yang tercipta, tarian itu bersifat kreasi tapi semua terinspirasi dari tarian tradisional atau ritual, lakon cerita ini diambil dari cerita rakyat, inilah dikombinasikan,” jelasnya.

Pada 22 Agustus 2024, Opera Batak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI). Dukungan dan peran pemerintah dinilai penting untuk terus merawat budaya melalui seni pertunjukan Opera Batak.

“Tentunya (harapannya) didukung oleh negara ya, bagaimana Opera Batak diakui oleh UNESCO seperti Opera China,” tutupnya.