Kasus pelajar keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi. Kali ini di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Total korban keracunan tersebut mencapai 1.000 orang lebih.
Selain di Kecamatan Cipongkor, kasus serupa juga terjadi di SMK Negeri 1 Kecamatan Cihampelas, Bandung Barat pada hari yang sama, Rabu (24/9/2025).
Pelajar dari tingkat PAUD hingga SMA/SMK mengeluhkan gejala khas keracunan usai mengonsumsi menu MBG. Beberapa juga dilarikan ke tempat penanganan.
Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman mengatakan, ada tiga gelombang keracunan massal diduga akibat menu MBG tersebut. Total korban lebih dari 1.000 pelajar.
Dilansir infoJabar, kasus keracunan pertama terajadi di Kecamatan Cipongkor, Senin (22/9/2025). Sebanyak 475 siswa mengalami keracunan. Kemudian kasus kedua juga terjadi di Kecamatan Cipongkor, Rabu (24/9/2025). Korban mencapai 500 orang. Lalu kasus berikutnya terjadi di Kecamatan Cihampelas, Rabu (24/9/2025). Sebanyak 60 orang mengalami gejala yang sama.
“Jadi hari ini tentu kita semuanya prihatin ada SPPG di mana ada anak-anak yang keracunan. Dari Senin kemudian hari ini satu SPPG di Cihampelas, kemudian SPPG Cipongkor ini. (475 anak sejak Senin), lalu hari ini 500 di Neglasari dan Cipongkor, dan 60 di Cihampelas,” kata Herman, Rabu (24/9/2025).
Pihaknya melakukan penanganan secara komprehensif di antaranya dengan menyiagakan ambulans, tenaga medis dan menyiagakan rumah sakit di daerah sekitar.
“Kami mendapatkan informasi beberapa di antaranya (siswa) ada yang sesak nafas, ada yang kejang, sehingga kami harus antisipasi risiko terjelek kan tidak bisa ditangani di lokasi, harus dirawat. Ada RSUD Cibabat, Dustira, Otista, Sartika Asih, Kharisma, Kawaluyaan KBB, RSIA Kartini, termasuk Welas Asih yang milik Provinsi Jabar juga kami siapkan,” kata Herman.
Para siswa tersebut mengalami keluhan seperti mual, sesak, pusing, hingga lemas. Ada juga yang mengalami kejang-kejang.
“Keluhannya pada umumnya itu mual, kemudian sesak, pusing, lemas. Ada juga 1-2 anak yang kejang, sebagian besar lemas, pusing, mual, dan ada juga yang sesak. Tentu yang pertama yang kami lakukan adalah memastikan semua anak tertangani dengan baik,” imbuhnya.
Atas kejadian itu, pihak Pemprov Jabar bakal melaporkannya ke Badan Gizi Nasional (BGN).
“Ini otoritas dari Badan Gizi Nasional, kami akan sampaikan kondisinya. Tentu kami juga terus laporan ke Pak Gubernur (Dedi Mulyadi) ya, dari tadi saya sudah 3-4 kali laporan, progresnya semua kami sampaikan,” ujar Herman.
Herman juga mengaku mendapat banyak keluhan dan tuntutan dari para orang tua dan siswa agar program tersebut dihentikan lantaran banyaknya kejadian keracunan. Menanggapi tuntutan itu, ia pun mengatakan akan berkoordinasi dengan BGN. Meski begitu, dia mengatakan Pemprov Jabar mendukung program Presiden Prabowo tersebut.
“Nah kalau terkait itu (penolakan MBG usai keracunan), tentu kami akan laporkan juga BGN, karena otoritasnya di BGN. Yang jelas Provinsi Jawa Barat mendukung program MBG. Pak Gubernur mendukung program ini. Terkait teknisnya, ada kekurangan dan lain sebagainya, tentu kan harus dievaluasi,” ucap Herman.