Seorang pelajar di Indragiri Hulu, Riau, inisial K (8) diduga meninggal dunia tidak wajar. Orang tua korban yang tak terima atas kematian anaknya melapor ke pihak kepolisian.
Dalam laporan, orang tua pelajar kelas dua SD itu mengambil langkah hukum dengan melaporkan teman-teman sebaya korban. Sebab, sebelumnya diduga terlibat cekcok hingga terjadi penganiayaan.
“Jenazah K telah menjalani proses autopsi pada malam tadi. Proses ini dilakukan untuk mengungkap penyebab pasti kematian korban,” kata Kapolres Indragiri Hulu AKBP Fahrian Saleh Siregar, Selasa (27/5/2025).
Fahrian mengungkap laporan orang tua korban menyebut anaknya dibuli dan mengalami kekerasan fisik. Namun kasus itu masih ditangani oleh Satreskrim Polres Indragiri Hulu.
“Belum diketahui pasti korban meninggal akibat apa. Tetapi yang jelas kita selidiki laporan orang tua korban yang mengaku anaknya mengalami bullying, ini sejumlah saksi-saksi kami periksa,” tambah Fahrian.
Autopsi dimulai Senin (26/5) sekitar pukul 17.30 WIB dan berakhir pada pukul 20.00 WIB. Pelaksanaan autopsi ini berdasarkan Laporan Polisi nomor: LP/B /68/V/ 2025/ SPKT /POLRES INHU /POLDA RIAU dan Surat Permintaan Autopsi nomor: B/681/ V/ 2025 /Reskrim.
Autopsi dilakukan di ruangan kamar mayat RSUD Indrasari Pematang Reba, Rengat Barat. Tim yang melakukan autopsi terdiri dari ahli forensik dipimpin Kasubid Dokpol Biddokes AKBP Suprianto dan juga dokter forensik Tegar Indrayana.
“Pihak keluarga korban turut hadir untuk menyaksikan langsung proses autopsi. Ada ayah kandung dan paman korban, hadirnya keluarga ini menjadi bagian penting dalam transparansi proses hukum yang sedang berjalan,” kata Fahrian.
Hasil pemeriksaan sementara, ditemukan beberapa tanda kekerasan pada jenazah korban. Pada jenazah itu ditemukan ada memar, memar di perut sebelah kiri bagian bawah dan tungkai atas sebelah kiri sisi depan.
Selain itu, ditemukan resapan darah pada jaringan lemak di bawah kulit perut. Hasil ini mengindikasikan adanya kekerasan tumpul pada tubuh korban.
Tak sampai di situ, tim forensik menemukan cairan bebas berwarna kelabu kecoklatan yang berbau busuk pada rongga perut dan jaringan appendix (usus buntu) yang pecah atau perforasi. Temuan ini menjadi petunjuk penting bagi penyidik.
“Proses penyelidikan akan terus berlanjut untuk memastikan keadilan bagi K dan keluarganya. Updatenya nanti tentu akan kami sampaikan lagi setelah hasil semua lengkap,” kata Fahrian.