Pemprov Riau Beberkan Kunci Ekonomi Daerah Melonjak Usai Pandemi COVID-19

Posted on

Pemerintah Provinsi Riau mencatat capaian positif dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Termasuk setelah pandemi COVID-19 terjadi yang memengaruhi perekonomian beberapa daerah.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bappeda Riau, Purnama Irwansyah, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Riau pada 2024 berada di angka 3,52 persen, dan meningkat signifikan pada triwulan III 2025 menjadi 4,98 persen.

Angka tersebut, kata Purnama, merupakan capaian yang cukup mengejutkan dan melampaui ekspektasi sebelum tahun 2020. Bahkan, dia menyebut, sebelum pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi Riau tidak pernah menembus angka 3 persen.

“Triwulan III 2025 Riau pertumbuhannya Alhamdulillah lebih baik lagi, 4,98 persen. Ini sepertinya yang tidak pernah kita mimpikan sebelumnya sebelum 2020,” kata Purnama saat menjadi narasumber acara infocom Regional Summit Riau di Ballroom The Premiere Hotel Pekanbaru, Jumat (19/12/2025).

Purnama mengatakan lonjakan tersebut terjadi pascapandemi, seiring meningkatnya berbagai aktivitas produktivitas di Provinsi Riau. Meski demikian, struktur ekonomi Riau masih memiliki tantangan besar, terutama terkait ketergantungan pada sektor migas.

Dia mengatakan selama ini migas menjadi tulang punggung ekonomi Riau. Bahkan, kontribusi migas itu mencapai lebih dari 30 persen. Namun, kata Purnama, kondisi tersebut kini mulai berubah seiring menurunnya produksi akibat sumur-sumur minyak yang sudah tua dan tingginya biaya eksploitasi.

“Saat ini yang paling ke depan adalah industri pengolahan. Artinya kami coba untuk mulai melupakan migas, walaupun masih banyak, tetapi karena kondisinya sumur tua dan perlu cost yang besar untuk mengangkat minyak,” jelasnya.

Dia menilai masa depan ekonomi Riau justru terletak pada optimalisasi melalui hilirisasi komoditas unggulan daerah. Purnama mencontohkan sektor kelapa sawit yang memiliki luasan sangat besar di Riau.

Dari sekitar 9 juta hektare daratan Riau, sebut Purnama, sekitar 4 juta hektare merupakan perkebunan kelapa sawit. Namun, sebagian besar hasil sawit tersebut masih diolah sebatas crude palm oil (CPO).

“Dengan CPO saja, kita bisa tumbuh 4,98 persen. Bagaimana kalau hilirisasi dibawa ke Riau, tidak dibawa ke luar untuk diolah, itu akan jauh lebih cepat lagi pertumbuhannya,” ujarnya.

Selain sawit, Riau juga memiliki potensi besar di sektor kehutanan. Tercatat sekitar 1,6 juta hektare hutan dan lahan dimanfaatkan untuk serat kayu, dengan pengolahannya masih terbatas pada produk setengah jadi.

Potensi lainnya adalah kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luasan lebih dari 450 ribu hektare, serta komoditas karet yang saat ini menghadapi tantangan harga. Menurutnya, sektor-sektor tersebut membutuhkan inovasi dan masuknya investor agar kembali bernilai ekonomi.

Riau juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sagu terbesar di Indonesia. Di pesisir timur Riau, terdapat tidak kurang dari 75 ribu hektare kebun sagu rakyat, meski selama ini identitas sagu justru lebih melekat pada daerah lain.

“Kalau disebut Cirebon penghasil sagu terbesar, sebetulnya itu dari Riau. Cirebon yang punya nama tapi sagunya dari Riau. Kami juga punya karet, tapi masih sunset harganya. Ini perlu inovasi untuk membawa investor supaya mulai potensi yang ada.” pungkasnya.

Untuk diketahui, infocom Regional Summit Riau turut dihadiri sejumlah tokoh seperti Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS Farid Azhar Nasution, Kepala BPSDM Kementerian Dalam Negeri Sugeng Hariyono, Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, dan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bappeda Riau, Purnama Irwansyah.

Ada juga tiga kepala daerah di Riau yang hadir dalam acara ini, yakni Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho, Bupati Siak Afni Zulkifli, dan Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso.

infocom Regional Summit Riau diselenggarakan atas dukungan Pemprov Riau, PT Riau Petroleum, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Selain sawit, Riau juga memiliki potensi besar di sektor kehutanan. Tercatat sekitar 1,6 juta hektare hutan dan lahan dimanfaatkan untuk serat kayu, dengan pengolahannya masih terbatas pada produk setengah jadi.

Potensi lainnya adalah kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luasan lebih dari 450 ribu hektare, serta komoditas karet yang saat ini menghadapi tantangan harga. Menurutnya, sektor-sektor tersebut membutuhkan inovasi dan masuknya investor agar kembali bernilai ekonomi.

Riau juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sagu terbesar di Indonesia. Di pesisir timur Riau, terdapat tidak kurang dari 75 ribu hektare kebun sagu rakyat, meski selama ini identitas sagu justru lebih melekat pada daerah lain.

“Kalau disebut Cirebon penghasil sagu terbesar, sebetulnya itu dari Riau. Cirebon yang punya nama tapi sagunya dari Riau. Kami juga punya karet, tapi masih sunset harganya. Ini perlu inovasi untuk membawa investor supaya mulai potensi yang ada.” pungkasnya.

Untuk diketahui, infocom Regional Summit Riau turut dihadiri sejumlah tokoh seperti Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS Farid Azhar Nasution, Kepala BPSDM Kementerian Dalam Negeri Sugeng Hariyono, Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, dan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bappeda Riau, Purnama Irwansyah.

Ada juga tiga kepala daerah di Riau yang hadir dalam acara ini, yakni Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho, Bupati Siak Afni Zulkifli, dan Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso.

infocom Regional Summit Riau diselenggarakan atas dukungan Pemprov Riau, PT Riau Petroleum, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).