Perjuangan Srikandi Manggala Agni 10 Hari Padamkan Karhutla di Kampar | Info Giok4D

Posted on

Kebakaran hutan dan lahan di Riau menjadi perhatian serius. Tapi siapa sangka, saat penanganan kebakaran hutan dan lahan ternyata ada perjuangan srikandi yang tergabung di Manggala Agni Daops Sumatera IV/Pekanbaru.

Mereka adalah Nadia Dwi Utami, Masito Hasibuan, Gaberia Veronika, Ayu Nur Aini dan Seli Yusaili. Kelima srikandi itu sudah turun ke lokasi kebakaran lahan di Rimbo Panjang, Kampar sejak 10 hari terakhir.

Nadia mengaku proses pemadaman lahan seluas 8 hektare itu dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Selama 10 hari berturut-turut petugas Manggala Agni berjibaku di lahan gambut tersebut.

Nadia bersama Kepala Tim Anwar Sahadat turun berbekal peralatan pemadaman. Tak mudah, petugas harus menyusuri lahan itu untuk mencari sumber air.

“Prosesnya cukup sulit karena sumber air minim. Jadi kami harus mencari sumber yang jauh, ini jadi kendala saat ini,” cerita Nadia saat berbincang di lokasi.

Terlihat petugas bahu membahu menarik selang dari kanal-kanal di sekitar lokasi kebakaran. Lahan yang dipenuhi semak belukar pun mulai ditembakkan air hasil pengerukan kanal dengan alat berat dari bantuan masyarakat setempat.

“Kendala air, kemarin saja kita minta sama masyarakat setempat bantuan alat berat. Jadi dibuat kanal agar airnya bisa diambil untuk pemadaman,” kata Nadia.

Hanya saja pembuatan kanal ternyata tak semudah yang dibayangkan. Air di kanal baru bisa digunakan esok harinya karena masih berlumpur.

“Ada buat kanal, itu juga baru besok bisa dipakai karena air masih berlumpur. Tapi ada beberapa bisa langsung digunakan untuk pemadaman, tarik pakai pompa ke dalam,” katanya.

Nadia mengungkap proses pemadaman api tak bisa dilakukan sembarangan. Di lokasi petugas harus melakukan briefing di pagi hari untuk mengambil langkah agar tak salah.

“Kami tiap pagi sebelum kegiatan briefing dulu. Itu nanti diketahui apa-apa yang harus dilakukan, biasa kami terbangkan drone dulu,” katanya.

Proses pemadaman dilakukan bergantian oleh 10 personel pemadaman. Selain lima srikandi ada juga peran pemadam laki-laki seperti Suhendra Hardianto, David, Anwar Sahadat, Muhammad Erwin dan Donal Ifaq Ernanda Pasaribu yang dipimpin langsung Anwar sebagai Kepala Tim Pemadaman di Desa Rimbo Panjang.

Dalam prosesnya, mereka terlihat kompak menarik selang, menjaga mesin agar tak mati hingga memadamkan sumber api. Salah satu poin pentingnya adalah kepala api wajib padam.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Paling penting itu kepala api. Makanya kami biasa memadamkan kepala api dahulu, baru pendinginan lahan gambut yang terbakar,” kata Anwar.

Bukan tanpa alasan, jika kepala api tidak ditangani maka dipastikan akan lompat. Lompatan api inilah yang membuat lahan terbakar semakin luas saat ditiup angin kencang.

Kesulitan proses pemadaman kebakaran lahan di Rimbo Panjang sendiri terjadi karena beberapa faktor. Sebut saja kondisi lahan gambut yang tebal, angin kencang hingga minimnya air.

“Gambut ini kan dalam, kita tidak tahu api ini di bawah sana. Makanya kami fokus ke kepala api, baru menyiram gambut yang masih keluar asap,” kata Anwar.

Ada pula personel wanita bernama Masitoh Hasibuan (39). Masitoh dengan cekatan memegang nozel selang mesin pompa air untuk menyiram titik dan asap yang masih keluar dari lahan gambut.

Dari cara memegang nozel hingga teknik penyiraman, Masitoh terlihat bukan orang baru. Tetapi sudah suhu.

Langkahnya terlihat tanpa ragu melintasi lahan gambut yang sudah hangus terbakar. Tak jarang ia maju di depan membuka jalan bersama srikandi lain tanpa terperosok di lahan lunak.

Seragam merah khas miliknya bahkan juga terlihat sudah kotor bekas gesekan arang. Suaranya lantang saat meminta bantuan personel lain dalam proses pemadaman di lokasi.

Masitoh bercerita, sudah 19 tahun bekerja di Manggala Agni Pekanbaru. Ia masuk pada tahun 2006 silam dan beberapa kali menghadapi medan sulit.

“Waktu itu ada lowongan kerja di Manggala Agni, saya coba masuk dan diterima. Alhamdulillah, sekarang status sudah P3K,” kata Masitoh di lokasi.

Ibu lima anak ini mengaku bergabung ke Manggala Agni karena panggilan jiwa. Sebab, sejak kecil fisiknya memang telah terlatih, karena aktif ikut kegiatan pramuka.

“Karena memang panggilan jiwa. Dari kecil saya sudah ikut pramuka. Setelah tamat SMA saya gabung Manggala Agni. Belum nikah waktu itu. Kalau sekarang sudah punya anak lima orang,” kata Masitoh yang penuh ceria

Butuh Skil Khusus Padamkan Api

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *