Hasil survei Jobstreet menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan di Indonesia mulai mempertimbangkan kemampuan atau wawasan pelamar kerja terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam proses perekrutan.
Dalam laporan Hiring, Compensation, and Benefits 2025, disebutkan bahwa dari 1.273 perusahaan yang disurvei, sebanyak 72% menganggap pengetahuan tentang AI sebagai aspek yang layak diperhatikan, meskipun sebagian besar hanya menganggapnya sebagai nilai tambah, bukan syarat utama.
“72% perusahaan menganggap pengetahuan AI merupakan hal penting untuk dipertimbangkan dalam merekrut pegawai,” tulis Jobstreet dalam laporannya dilansir infoFinance.
Rinciannya, 14% perusahaan menjadikan pemahaman AI sebagai faktor utama dalam mengambil keputusan perekrutan. Sementara itu, 14% lainnya menilai pengetahuan AI setara pentingnya dengan kualifikasi lain, dan 44% perusahaan menyebut bahwa kemampuan AI tetap dipertimbangkan meski tidak sepenting kompetensi inti lainnya. Hanya 28% perusahaan yang menganggap kemampuan AI tidak berpengaruh signifikan dalam perekrutan.
“Para perusahaan menilai pengetahuan AI pelamar melalui pengenalan diri kandidat, mengajukan pertanyaan teknis, meninjau proyek atau contoh pekerjaan dalam portofolio kandidat,” terangnya lagi.
Jobstreet juga mencatat bahwa 20% perusahaan telah memanfaatkan teknologi AI dalam proses rekrutmen, khususnya untuk tugas seperti menyaring pelamar dan menyusun iklan lowongan kerja. Bahkan lebih dari separuh dari mereka juga menggunakan AI untuk melakukan penilaian kandidat, termasuk membuat pertanyaan, mengukur kepribadian, dan menyusun simulasi situasi.
“Lebih dari separuh perusahaan yang menggunakan perangkat AI juga menggunakannya untuk penilaian kandidat, yang dapat mencakup pembuatan pertanyaan-pertanyaan penting, melakukan penilaian kepribadian, membuat skenario, dan sebagainya,” jelas Jobstreet.
Namun demikian, tidak semua perusahaan langsung mengadopsi AI karena ada kekhawatiran terkait hilangnya interaksi manusia, potensi bias, relevansi terhadap kebutuhan pekerjaan, serta biaya implementasi yang lebih tinggi.
“Dengan munculnya AI, 72% perusahaan kini menganggap pengetahuan AI sebagai aset berharga selama perekrutan, meskipun pengetahuan tersebut tetap menjadi hal sekunder dibandingkan kualifikasi inti,” tegas Jobstreet.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.