Peternakan Ayam 4 Lantai Ambruk, Penjaga Kandang Tewas Terkubur Kotoran

Posted on

Seorang pekerja di peternakan ayam bernama Syaefudin Niam (18) ditemukan tewas setelah tertimbun runtuhan bangunan kandang di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Korban ditemukan dalam posisi tertelungkup dan tubuhnya terkubur di antara puing-puing serta kotoran ayam.

Syaefudin, yang bekerja sebagai penjaga kandang, dilaporkan hilang sejak insiden ambruknya kandang ayam empat lantai milik warga bernama Mutaqin pada Senin (7/7/2025) pagi sekitar pukul 07.15 WIB. Setelah tiga hari pencarian oleh tim gabungan dari Basarnas Cilacap, SAR Brebes, PMI, BPBD, TNI, dan Polri, korban akhirnya ditemukan pada Rabu (9/7/2025) pukul 10.15 WIB.

Koordinator Basarnas Cilacap, Brian Gautama, menyampaikan bahwa tubuh korban ditemukan sekitar satu meter dari pintu keluar sektor B dalam kondisi tertimbun kotoran ayam, bangkai hewan, dan reruntuhan bangunan.

“Korban ditemukan terkubur kotoran ayam, bangkai ayam, dan puing-puing kandang. Tubuh korban dalam kondisi telungkup. Jadi korban ini juga ketimpa besi baja,” ujar Brian di lokasi kejadian dilansir infoJateng.

Setelah berhasil dievakuasi, jenazah langsung diserahkan kepada pihak keluarga dan dibawa ke RSUD Brebes untuk proses lebih lanjut.

Pencarian sempat menemui kendala karena tebalnya tumpukan material dan gas yang muncul dari kotoran ayam, sehingga memperlambat proses evakuasi. Namun, dengan ditemukannya korban, proses pencarian pun dihentikan.

Kepala Desa Bulusari, Syaefudin Trirosanto, membenarkan bahwa korban sudah berhasil ditemukan.

“Ya sudah ketemu pagi ini,” ucapnya singkat.

Bangunan kandang ayam tersebut diketahui memiliki empat lantai. Struktur bangunan menggunakan beton sebagai fondasi, rangka dari besi, dan lantai dari bilah bambu. Runtuhnya bangunan diduga akibat beban berlebih dari ayam yang telat dipanen.

Salah satu peternak di sekitar lokasi bernama Umar (54) menjelaskan bahwa ayam-ayam di kandang itu sudah berusia 54 hari, padahal idealnya dipanen pada usia 40 hari. Keterlambatan ini disebabkan oleh kebijakan harga ayam hidup yang ditetapkan minimal Rp 18 ribu per kilogram, sehingga proses panen terhambat dan kandang menampung lebih banyak ayam dari kapasitasnya.

“Sehingga kapasitas ayam itu melebihi kemampuan kandang,” jelas Umar.

Selain beban ayam yang bertambah, Kepala Desa Bulusari juga menyebutkan bahwa kondisi bangunan kandang sudah tidak layak dan termakan usia.

“Setiap lantainya memiliki kapasitas kurang lebih 20 ribu ekor, dan total empat lantai kurang lebih 80 ribu ekor,” tambahnya.