Sampah terlihat menumpuk di sisi Sungai Bingai, tepat di ujung jembatan dekat Pasar Tavip, Kota Binjai. Pedagang setempat mengeluhkan kondisi tersebut karena mengganggu aktivitas jual beli hingga menyebabkan kemacetan dan bau menyengat.
Salah seorang pedagang di Pasar Tavip, Purba mengatakan lokasi tersebut sebenarnya diperuntukkan sebagai tempat pembuangan sampah pasar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dari luar kawasan pasar turut membuang sampah di lokasi tersebut sehingga volumenya semakin meningkat.
“Awalnya memang ini tempat buang sampah untuk orang pasar. Tapi belakangan warga dari daerah lain pun ikut buang ke sini, jadinya makin numpuk,” kata Purba, Senin (22/12/2025).
Purba menambahkan, pihak pengangkut sampah juga kewalahan menangani kondisi tersebut. Dalam sehari, sedikitnya dua hingga empat truk sampah dikerahkan, namun sampah tetap kembali menumpuk.
Hal serupa disampaikan Ame, pedagang lainnya. Ia mengatakan tempat pembuangan sampah di lokasi tersebut sudah ada sekitar dua hingga tiga tahun terakhir. Saat ini, sampah bahkan telah meluber ke badan jalan.
“Orang mau keluar masuk pasar jadi susah, sering macet. Bau sampah juga menyengat kali,” ucap Ame.
Sementara itu, petugas kebersihan yang ditugaskan dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Yudi menjelaskan bahwa lokasi tersebut seharusnya hanya menampung sampah hasil aktivitas pasar. Menurutnya, terdapat dua titik pembuangan sampah pasar, satu di dalam area pasar dan satu di luar.
“Awalnya tempat buang sampah pasar itu bukan di sini, tapi entah kenapa dipindahkan ke sini,” kata Yudi.
Dia mengakui pihaknya sudah berulang kali menegur masyarakat yang membuang sampah rumah tangga ke lokasi tersebut, namun imbauan itu kerap diabaikan.
“Kami udah pernah negur, tapi tetap aja ada yang buang. Lama-lama pasrah kami,” ujarnya.
Yudi menduga berkurangnya pengangkutan sampah permukiman turut menjadi penyebab. Saat ini, pengangkutan sampah dari rumah ke rumah oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hanya dilakukan sekitar seminggu sekali.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Mungkin karena jarang diangkut, warga pilih buang ke sini supaya rumah mereka nggak bau dan kotor,” jelasnya.
Selain itu, kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang disebut sudah penuh juga memperparah situasi. Yudi mengatakan, truk sampah kerap harus mengantre saat membuang sampah ke TPA.
“Kalau mau buang ke TPA harus antre dulu karena sudah penuh. Jadi pengangkutan jadi lambat, dampaknya ya sampah numpuk di sini. Diangkut satu mobil, nggak lama muncul lagi,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Laila Syakira peserta program Maganghub Kemnaker di infocom.
