Jembatan Payaroba yang berada di wilayah Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, dipenuhi oleh tumpukan sampah. Warga sekitar mengeluhkan kondisi tersebut karena menimbulkan bau busuk serta mengganggu aktivitas pengguna jalan.
Pantauan infoSumut, Rabu (17/12/2025), sampah tampak menggunung di sisi jalan. Bau tak sedap tercium, sementara sisa-sisa sampah berserakan hingga ke badan jalan.
Ipur, warga Binjai Barat, mengatakan tumpukan sampah di lokasi tersebut sudah terjadi sejak lama. Ia menyebut persoalan itu bahkan sudah muncul sejak 15 tahun lalu.
“Sampah di situ sudah lama sekali, dari sekitar 2010 sudah berantakan,” ujar Ipur.
Menurutnya, awal mula pembuangan sampah liar terjadi di wilayah Binjai Barat. Sampah tersebut berasal dari aktivitas pasar yang dibuang sembarangan.
“Awalnya itu di wilayah kami. Sebenarnya bukan sampah dari masyarakat sini, tapi pembuangan liar. Banyak yang buang sampah pasar ke situ,” katanya.
Ipur menjelaskan, warga Binjai Barat sempat melaporkan persoalan tersebut ke pejabat setempat dan kerap melakukan gotong royong untuk membersihkan sampah. Namun, tumpukan sampah kembali muncul hampir setiap hari.
“Kami sering gotong royong bersihkan, tapi besoknya ada lagi,” ucapnya.
Ia menambahkan, warga bahkan sempat memberlakukan denda dan melakukan pemantauan bagi pelaku pembuangan sampah liar. Setelah beberapa pelaku tertangkap, pembuangan sampah di wilayah Binjai Barat berkurang.
“Mungkin karena itu, mereka jadi tidak berani buang di wilayah kami lagi. Sekarang malah pindah ke sini, yang sudah masuk wilayah lain,” jelas Ipur.
Menurut Ipur, warga Binjai Barat tidak bisa lagi ikut campur karena lokasi tumpukan sampah tersebut berada di wilayah administratif yang berbeda.
“Kalau mau ditangani lagi, ini sudah bukan wilayah kami. Sudah jadi urusan kelurahan atau kecamatan yang lain,” katanya.
Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan petugas kebersihan sempat, kata dia, sudah pernah mengangkut sampah di lokasi tersebut. Namun, pengangkutan tidak dilakukan secara rutin akibat kawasan itu bukan tempat pembuangan resmi.
“Petugas pernah angkut, tapi tidak tiap hari. Biasanya datang kalau sudah banyak keluhan warga,” ujarnya.
Ipur berharap pemerintah dapat memberikan solusi agar sampah tidak terus berserakan di lokasi tersebut.
“Kalau memang mau dibuang di situ, sekalian saja dibuat tempat sampah yang jelas, biar tidak berserakan,” katanya.
Keluhan serupa disampaikan Adek, warga lainnya. Ia mengatakan sebagian sampah berasal dari sisa sayur dan buah busuk yang diduga berasal dari pasar.
“Kadang ada orang yang ngutip sisa sayur buat pakan ternak, jadi sampahnya makin berserakan. Plastik dibuka-buka,” ujar Adek.
Ia menilai kondisi tersebut mengganggu pengguna jalan karena bau tak sedap dan jalan menjadi licin.
“Orang lalu lalang jadi terganggu, bau, jalannya juga licin,” katanya.
Adek berharap pemerintah dan masyarakat sama-sama berperan dalam mengatasi persoalan sampah liar tersebut.
“Saya berharap ini bisa bersih. Pemerintah penting, tapi orang yang buang sampah sembarangan juga jadi masalah,” ujarnya.
Pantauan di lokasi juga menunjukkan spanduk larangan membuang sampah telah terpasang. Namun, tumpukan sampah masih terlihat hampir setiap hari.
Artikel ditulis Laila Syakira peserta Maganghub Kemnaker di infocom.
Ia menambahkan, warga bahkan sempat memberlakukan denda dan melakukan pemantauan bagi pelaku pembuangan sampah liar. Setelah beberapa pelaku tertangkap, pembuangan sampah di wilayah Binjai Barat berkurang.
“Mungkin karena itu, mereka jadi tidak berani buang di wilayah kami lagi. Sekarang malah pindah ke sini, yang sudah masuk wilayah lain,” jelas Ipur.
Menurut Ipur, warga Binjai Barat tidak bisa lagi ikut campur karena lokasi tumpukan sampah tersebut berada di wilayah administratif yang berbeda.
“Kalau mau ditangani lagi, ini sudah bukan wilayah kami. Sudah jadi urusan kelurahan atau kecamatan yang lain,” katanya.
Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan petugas kebersihan sempat, kata dia, sudah pernah mengangkut sampah di lokasi tersebut. Namun, pengangkutan tidak dilakukan secara rutin akibat kawasan itu bukan tempat pembuangan resmi.
“Petugas pernah angkut, tapi tidak tiap hari. Biasanya datang kalau sudah banyak keluhan warga,” ujarnya.
Ipur berharap pemerintah dapat memberikan solusi agar sampah tidak terus berserakan di lokasi tersebut.
“Kalau memang mau dibuang di situ, sekalian saja dibuat tempat sampah yang jelas, biar tidak berserakan,” katanya.
Keluhan serupa disampaikan Adek, warga lainnya. Ia mengatakan sebagian sampah berasal dari sisa sayur dan buah busuk yang diduga berasal dari pasar.
“Kadang ada orang yang ngutip sisa sayur buat pakan ternak, jadi sampahnya makin berserakan. Plastik dibuka-buka,” ujar Adek.
Ia menilai kondisi tersebut mengganggu pengguna jalan karena bau tak sedap dan jalan menjadi licin.
“Orang lalu lalang jadi terganggu, bau, jalannya juga licin,” katanya.
Adek berharap pemerintah dan masyarakat sama-sama berperan dalam mengatasi persoalan sampah liar tersebut.
“Saya berharap ini bisa bersih. Pemerintah penting, tapi orang yang buang sampah sembarangan juga jadi masalah,” ujarnya.
Pantauan di lokasi juga menunjukkan spanduk larangan membuang sampah telah terpasang. Namun, tumpukan sampah masih terlihat hampir setiap hari.
Artikel ditulis Laila Syakira peserta Maganghub Kemnaker di infocom.
