Ibu Kota Ukraina Kyiv diserang rudal asal Rusia. Peritiwa itu mengakibatkan dua orang tewas dan lebih dari 50 orang mengalami luka-luka.
Dikutip infoNews dari AFP, serangan rudal Rusia ke Kyiv terjadi pada hari Kamis (24/4) dini hari waktu setempat. Serangan ini dilakukan hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky karena menolak menerima pendudukan Moskow atas Krimea sebagai kesepakatan damai.
“Kyiv diserang oleh rudal musuh,” tulis Otoritas Militer Kota Kyiv di Telegram.
Sebelum penyerangan terjadi, pihak berwenang Ukraina sebelumnya telah mengeluarkan peringatan akan serangan rudal.
Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko mengatakan insiden itu mengakibatkan dua orang warganya tewas.
“Dua orang tewas di ibu kota. 54 orang terluka. 38 dari mereka, termasuk 6 anak-anak, dirawat di rumah sakit,” katanya dalam sebuah posting Telegram.
Jurnalis AFP melaporkan bahwa di tempat perlindungan bom yang didirikan di ruang bawah tanah sebuah bangunan tempat tinggal, lebih dari selusin warga berkumpul setelah adanya peringatan serangan udara.
Kyiv terakhir kali terkena rudal pada awal April ketika sedikitnya tiga orang terluka.
Kota ini telah menjadi sasaran serangan sporadis sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022.
Di timur Ukraina, kota Kharkiv dihantam tujuh rudal, kata wali kota Igor Terekhov, seraya menambahkan kemudian bahwa “serangan drone besar-besaran” terhadap kota itu sedang berlangsung.
Beberapa jam sebelumnya, Trump mengatakan kesepakatan damai “sangat dekat” tetapi menuduh Zelensky “lebih sulit” untuk diajak berunding.
Trump mengatakan bahwa penolakan Zelensky untuk menerima persyaratan AS guna mengakhiri konflik, “tidak akan menghasilkan apa-apa selain memperpanjang ‘medan pembantaian’.”
“Saya pikir kita punya kesepakatan dengan Rusia. Kita harus mencapai kesepakatan dengan Zelensky,” kata Trump kepada wartawan. “Saya pikir akan lebih mudah untuk berurusan dengan Zelensky. Sejauh ini lebih sulit,” cetusnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance memaparkan visi AS untuk kesepakatan damai, di mana Rusia akan tetap menguasai sebagian besar wilayah Ukraina yang sudah diduduki, termasuk Krimea.
Zelensky menolak hal ini karena dianggap melanggar konstitusi Ukraina.
Hal itu kemudian memicu kemarahan Trump. Trump menuduh Zelensky sebagai orang yang “menghasut” dan mengambil posisi yang “sangat merugikan negosiasi perdamaian dengan Rusia.”
Zelensky “bisa mendapatkan Perdamaian atau, ia bisa berjuang selama tiga tahun lagi sebelum kehilangan seluruh Negara,” tulis Trump di media sosial miliknya, Truth Social.
Trump mengatakan Krimea “telah hilang bertahun-tahun lalu” dan “bahkan bukan topik pembahasan.”