Sejumlah siswa di Kepulauan Nias terpaksa harus menyeberangi sungai untuk bisa sampai sekolah mereka. Ini kata Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo terkait hal itu.
Dody mengatakan pihaknya menganggarkan pembangunan jembatan gantung di seluruh Indonesia. Terkait apakah Kepulauan Nias termasuk dalam penganggaran jembatan gantung itu, dia mengatakan akan mengeceknya.
“Saya masih cek, itu kan jembatan gantung di Direktorat Jenderal Bina Marga, saya mesti cek. Kalau yang itu-itu (jembatan) memang sudah masuk ke anggaran kita untuk jembatan gantung di beberapa tempat. Pokoknya banyak, ada beberapa tempat yang sudah kita kerjakan, tapi kan Indonesia ini luas, khusus yang Nias saya mesti cek,” kata Dody saat diwawancarai di Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 30 Medan, Minggu (9/11/2025).
Dody mengatakan bahwa bupati atau wali kota setempat pastinya lebih dekat dengan masyarakat sekitar. Untuk itu, kata Dody, pihaknya membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah setempat terkait dengan lahan atau yang lainnya.
“Cuman saya ingatkan, kan bupati lebih dekat dengan mereka dibanding sama saya, jadi, lahan misalnya saya butuh support dari bupati. Kalau memang koordinasi sulit, surati saya langsung atau ke kepala balai saya kan ada di seluruh Indonesia, mana yang harus dikerjakan hari ini atau besok atau kesiapan lahan seperti apa,” jelasnya.
Untuk diketahui, kejadian saat sejumlah siswa menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah, sempat beberapa kali terjadi dan viral di media sosial.
Anggota DPRD Sumut periode 2019-2024 dari dapil Kepulauan Nias, Penyabar Nakhe, mengatakan jika lokasi itu merupakan Sungai Sifalago Gomo di Desa Sifalago Gomo, Kecamatan Boronadu. Jalur melewati sungai itu disebut penting karena dilewati warga di enam desa, termasuk anak sekolah.
“Sungai Sifalago Gomo ini dilewati setiap hari oleh warga 6 desa dan 1 kantor camat termasuk anak-anak sekolah,” kata Penyabar Nakhe kepada infoSumut, Kamis (9/10).
Penyabar menjelaskan jika saat tidak banjir, sungai itu dangkal dan bisa dilalui. Namun saat banjir, akan sulit dilalui oleh warga.
Selain itu, hal serupa juga terjadi pada Januari 2025. Siswa SDN 078481 Uluna’ai Hiligo’o, Kabupaten Nias, viral karena sudah sebulan tidak ada guru yang mengajar akibat akses menuju sekolah yang sulit.
Kepala Dinas Pendidikan Nias Kharisman Halawa mengungkapkan jika SDN 078481 Uluna’ai Hiligo’o, sekolah yang diviralkan siswa, berada di salah satu dusun yang berjarak 8,5 kilometer dari pusat desa.
Guru yang hendak datang ke sekolah itu harus berjalan kaki selama 2 jam dengan 13 kali menyeberangi sungai.
“Merupakan salah satu dusun terisolir yang jaraknya 8.5 Km dari desa Induk dan hanya dapat diakses dengan jalan kaki yang berbatuan dan menyeberangi 13 kali Sungai Na’ai dengan waktu tempuh selama 2 jam,” ungkap Kharisman Halawa dalam keterangannya yang dilihat di akun media sosial resmi Pemkab Nias, Minggu (19/1).
Tidak hanya sungai, para guru juga harus melewati bukit terjal hingga jalan yang belum diaspal. Mereka harus datang ke sekolah itu menempuh rintangan karena di sekitar sekolah belum ada rumah dinas.
Para guru bukan merupakan warga dari dusun tersebut. Mereka sering tidak bisa hadir karena kondisi sungai meluap, sehingga tidak dapat dilalui.
Kepala Dinas Pendidikan Nias Kharisman Halawa mengungkapkan jika SDN 078481 Uluna’ai Hiligo’o, sekolah yang diviralkan siswa, berada di salah satu dusun yang berjarak 8,5 kilometer dari pusat desa.
Guru yang hendak datang ke sekolah itu harus berjalan kaki selama 2 jam dengan 13 kali menyeberangi sungai.
“Merupakan salah satu dusun terisolir yang jaraknya 8.5 Km dari desa Induk dan hanya dapat diakses dengan jalan kaki yang berbatuan dan menyeberangi 13 kali Sungai Na’ai dengan waktu tempuh selama 2 jam,” ungkap Kharisman Halawa dalam keterangannya yang dilihat di akun media sosial resmi Pemkab Nias, Minggu (19/1).
Tidak hanya sungai, para guru juga harus melewati bukit terjal hingga jalan yang belum diaspal. Mereka harus datang ke sekolah itu menempuh rintangan karena di sekitar sekolah belum ada rumah dinas.
Para guru bukan merupakan warga dari dusun tersebut. Mereka sering tidak bisa hadir karena kondisi sungai meluap, sehingga tidak dapat dilalui.
