Sosok Ferdinand Lumban Tobing, Dokter yang Pindahkan Kekuasaan Pemerintah

Posted on

dr. Ferdinand Lumban Tobing adalah seorang putra Batak juga tokoh pejuang dari Tapanuli. Mungkin masih ada infoers yang belum terlalu mengenal Mantan Menteri Penerangan Republik Indonesia itu.

Merujuk sebuah buku berjudul “Dr. Ferdinand Lumban Tobing” oleh Nana Nurliana S, berikut infoSumut rangkum 5 fakta menarik tentang sosok Ferdinand Lumban Tobing, dokter yang terjun ke dunia politik.

dr. Ferdinand Lumban Tobing lahir pada tanggal 19 Februari 1899 di sebuah rumah kayu sederhana di Tanah Batak. Kelahiran Ferdinand memang sangat dinantikan oleh orang tua dan ketiga kakak perempuannya.

Ferdinand pun tumbuh sebagai sosok yang selalu ingat kepada Tuhan. Tak heran, dirinya memperoleh panggilan akrab “Ompu” atau kakek yang menjadi sebutan kehormatan paling tinggi dalam kebudayaan Batak.

Sepanjang hidupnya, Ferdinand telah menunjukkan sifat bijaksana, sabar, dan penuh perhatian terhadap orang lain. Dia anti orang yang tidak disiplin, jujur, dan tekun karena menurutnya itu landasan keberhasilan.

Datangnya Jepang ke Indonesia awal tahun 1942 mendorong Ferdinand dan ratusan ribu orang Indonesia memasuki kehidupan yang belum pernah dikenalnya. Jepang memeras sendi-sendi kehidupan rakyat Indonesia.

Di tengah penjajahan, Ferdinand mengobati seorang perwira polisi militer Jepang yang terluka yakni Inoue. Berkat bantuannya, dia diangkat menjadi Ketua Badan Perwakilan Daerah di keresidenan Tapanuli.

Sejak saat itu, Ferdinand mulai terjun ke dunia baru di dunia politik tetapi dirinya tetap meneruskan profesi sebagai dokter. Dalam tugas sehari-harinya sebagai ketua, Ferdinand dibantu sekretarisnya, Sahil Sitompul.

Pada tanggal 28 Agustus 1945, dua orang wakil Sumatera dalam PPKI di Jakarta yaitu Mr. Teuku Mohammad Hasan dan dr. M. Amir mampir di Tarutung. Mereka membawa perintah dari pusat usai Proklamasi.

Pemerintahan Republik Indonesia di Tapanuli harus segera dibentuk yang membuat Ferdinand berpikir keras sebab Jepang masih berkuasa di sana. Sebagai seorang dokter, dia tidak tergesa-gesa memutuskan.

Ferdinand yang waktu itu menjabat Fuku Co-kan akhirnya berhasil memindahkan kekuasaan pemerintahan di keresidenan Tapanuli sebab pimpinan tentara Jepang tidak ingin menahan emosi rakyat Indonesia.

Dalam Perang Kemerdekaan pertama, Belanda berniat menguasai daerah perkebunan Sumatera Timur yang banyak menghasilkan uang. Meski tidak menyerbu Tapanuli, beban yang ditanggung tetap tak ringan.

Ratusan ribu rakyat pun mengungsi dan mulai memasuki Tapanuli, Aceh, dan Tanah Karo yang dianggap aman. Sebagai Residen Tapanuli dan Ketua Dewan Pertahanan Daerah Tapanuli, Ferdinand tidak bisa diam.

Untuk mengurangi penderitaan para pendatang, Ferdinand memerintahkan percetakan Orita (Oeang Republik Indonesia Tapanuli). Maksudnya, demi memudahkan penukaran Orips (Oeang Republik Indonesia Sumatra).

Memasuki tahun 1953, karier Ferdinand dalam lapangan politik semakin meningkat. Dia mulai menjadi tokoh nasional karena tugas dan tanggung jawabnya meliputi hal-hal yang mencakup kebijaksanaan nasional.

Ferdinand diangkat menjadi Menteri Penerangan dalam Kabinet Ali-Wongso atau sering juga dinamakan Kabinet Ali Sastro Amidjojo I dengan masa kerja sejak tanggal 30 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955.

Saat itu juga, Ferdinand merangkap Menteri Kesehatan (ad interim). Pembebasannya sebagai Menteri Kesehatan ditandai Surat Keputusan Presiden No. 172/1953, yang terhitung mulai 12 Oktober 1953.

Demikian 5 fakta sosok Ferdinand Lumban Tobing, dokter yang terjun ke dunia politik. Semoga bermanfaat, infoers!

Lahirnya Seorang ‘Ompu’ Indonesia

Dokter yang Terjun ke Dunia Politik

Berhasil Memindahkan Kekuasaan Pemerintahan

Memerintahkan Pencetakan Orita

Menduduki Banyak Jabatan Penting

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *