Selama suasana Hari Raya Idul Adha, salah satu amalan sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan adalah mengumandangkan takbir. Gema takbir yang dilafalkan merupakan seruan suci untuk mengagungkan kebesaran Allah SWT dan mengisi hari-hari istimewa dengan zikir.
Lalu, berapa hari sebenarnya takbiran Idul Adha dilaksanakan dan sampai kapan batas waktunya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Berbeda dengan Idul Fitri, waktu untuk mengumandangkan takbir pada momen Idul Adha memiliki durasi yang lebih panjang.
Mengutip laman NU Online, takbiran Idul Adha sangat dianjurkan untuk dilakukan selama lima hari, yaitu sejak malam hari Arafah hingga akhir hari Tasyrik.
Untuk Idul Adha 1446 H / 2025 M, jadwal takbiran adalah:
Dalam pelaksanaannya, takbir pada momen Idul Adha terbagi menjadi dua jenis, yaitu takbir muqayyad dan takbir mursal.
Takbir Muqayyad (Waktu Terikat)
Takbir muqayyad adalah takbir yang pelaksanaannya terikat dengan waktu shalat. Dianjurkan untuk membacanya setiap selesai melaksanakan shalat, baik shalat fardu maupun sunah.
Waktu pelaksanaannya dimulai setelah shalat Subuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga setelah shalat Asar di akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijjah).
Takbir Mursal (Waktu Bebas)
Takbir mursal adalah takbir yang waktunya lebih fleksibel dan tidak harus dibaca setelah shalat. Takbir ini bisa dikumandangkan di mana saja dan kapan saja.
Waktunya dimulai sejak terbenamnya matahari di malam Idul Adha hingga imam memulai takbiratul ihram saat shalat Idul Adha.
Terdapat beberapa versi lafal takbir yang bisa dibaca, mulai dari yang singkat hingga yang lebih panjang dan lengkap dengan zikir. Berikut adalah tiga versi bacaan takbir yang dianjurkan:
1. Versi Singkat (Dibaca 3 Kali)
Imam An-Nawawi dalam kitabnya menjelaskan bahwa lafal takbir yang paling dasar dibaca sebanyak tiga kali.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar.
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.”
2. Versi Umum yang Lazim di Masyarakat
Ini adalah lafal takbir yang paling sering kita dengar dan dikumandangkan di masjid-masjid maupun di berbagai tempat.
.اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya.”
3. Versi Panjang dengan Tambahan Zikir
Versi ini lebih lengkap karena menambahkan lafal zikir, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim saat Rasulullah SAW bertakbir di bukit Shafa.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na’budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya: “Allah Maha Besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha Suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar.”
Mengumandangkan takbir selama lima hari pada momen Idul Adha adalah amalan mulia untuk meraih pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!