Tari Gundala-gundala merupakan salah satu tradisi sakral masyarakat Karo yang sarat makna spiritual dan budaya. Tarian ini awalnya dilakukan sebagai ritual pemanggil hujan saat musim kemarau berkepanjangan, sebagai wujud doa dan harapan kepada Sang Pencipta agar alam kembali seimbang.
Selain itu tarian tersebut juga ditampilkan sebagai tarian penyambutan kepada tamu terhormat. Seiring waktu, tari Gundala-gundala juga berkembang menjadi tarian penyambutan yang ditampilkan dalam berbagai acara adat dan perayaan, tanpa kehilangan nilai simbolisnya.
“Saat musim kemarau, tarian ini ditampilkan sebagai doa agar hujan turun dan kehidupan kembali seimbang dan di acara tertentu tari ini digunakan untuk penyambutan tamu terhormat, yang menyampaikan pesan bahwa tamu diterima dengan niat baik dan doa keselamatan,” kata Tokoh Adat Karo, Beras Sinuraya, Rabu (17/12/2025).
Dalam ritual memanggil hujan, penari mengenakan topeng yang melambangkan roh penjaga alam. Gerakannya tegas, berirama dan diiringi musik tradisional Karo seperti gendang yang dipercaya mampu menghadirkan kekuatan spiritual untuk memanggil turunnya hujan.
Sedangkan dalam acara penyambutan tamu terhormat, tari Gundala-gundala juga mengenakan topeng yang sama serta gerakan yang sama. Artinya, mencerminkan keramahan masyarakat di Tanah Karo serta penyambutan tamu diterima dengan baik.
Hingga kini, tari Gundala-gundala tetap hidup dan diwariskan secara turun-temurun menjadi identitas budaya sekaligus sambutan hangat dari Tanah Karo bagi siapa pun yang datang. Di zaman modern, tarian tersebut juga sering ditampilkan di festival kebudayaan suku Karo agar para generasi muda tidak melupakan tentang adat dan tradisinya.







