Tembakau Deli: Warisan yang Membesarkan Medan, Kini Tinggal Cerita

Posted on

Jauh sebelum Medan dikenal sebagai kota metropolitan, tembakau Deli pernah menjadi fondasi utama perekonomian. Komoditas ini bukan sekadar hasil pertanian, tetapi juga warisan sejarah yang membentuk peradaban Kesultanan Deli dan wajah awal Kota Medan.

“Tembakau Deli itu dulu sangat penting. Dari sinilah ekonomi Medan tumbuh, pendatang datang, dan kota ini berkembang,” ujar Derry, penggiat tembakau Deli sekaligus pengelola workshop cerutu di kawasan Istana Maimun, Jumat (19/12/2025).

Menurut Derry, keistimewaan tembakau Deli terletak pada kualitas daunnya yang elastis, berurat tipis, dan memiliki karakter rasa kuat dengan sensasi spicy dan mentol. Karakter inilah yang membuat tembakau Deli diminati pasar Eropa pada masa kolonial, khususnya sebagai pembungkus cerutu kelas premium.

“Tembakau Deli itu bukan untuk rokok biasa. Dari dulu dia memang untuk cerutu. Itu sebabnya dulu cerutu identik dengan bangsawan dan simbol status,” jelasnya.

Dalam catatan sejarah, industri tembakau Deli turut menyokong pembangunan Kesultanan Deli. Bahkan, Istana Maimun disebut tak lepas dari kejayaan ekonomi tembakau pada masanya.

Cerutu, kala itu menjadi bagian dari budaya selebrasi di lingkungan istana. Digunakan dalam jamuan dan perayaan resmi sebagai simbol prestise.

Namun, kejayaan tersebut kini tinggal kenangan. Lahan tembakau Deli menyusut drastis dan kualitasnya mengalami degradasi. Dari puluhan ribu hektare di masa lalu, kini hanya tersisa belasan hektare yang masih dikelola.

“Sekarang tembakau Deli lebih tepat disebut produk sejarah. Lewat rasa dan aromanya, orang bisa membayangkan kembali bagaimana masa lalu Medan,” kata Derry.

Melalui workshop cerutu yang ia kelola, Derry berupaya mengenalkan kembali tembakau Deli sebagai warisan budaya, bukan semata komoditas ekonomi. Cerutu dipilih sebagai medium karena dianggap paling merepresentasikan nilai historis tembakau Deli.

“Ini bukan soal bisnis saja. Ini tentang legacy, tentang warisan tanah Deli yang hampir dilupakan,” ujarnya.

Derry berharap generasi muda tidak sekadar mengenal Medan dari sisi modernitas, tetapi juga memahami akar sejarah kota yang pernah dikenal dunia melalui tembakau Deli.

“Pelajari sejarahnya. Karena dari sanalah identitas kota ini dibentuk,” tutupnya.

Artikel ini ditulis A. Fahri Perdana Lubis, peserta Maganghub Kemnaker di infocom