69 warga diungsikan akibat peristiwa tanah bergerak di Kawasan lembah Ngarai Sianok, Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar). Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Lana Saria mengungkap penyebab terjadinya fenomena tersebut.
Lana awalnya menyebut Ngarai Sianok berada dalam pengaruh langsung Patahan Besar Sumatera (Sesar Semangko), terutama segmen Sianok yang merupakan sesar aktif. Kondisi ini membuat Kawasan tersebut berpotensi terjadi longsor.
“Aktivitas tektonik pada segmen ini dapat menimbulkan retakan-retakan baru atau memperbesar retakan lama pada tebing ngarai, mengurangi kekompakan massa batuan dan meningkatkan potensi longsor. Hasil pengamatan di lapangan oleh instansi daerah sebelumnya juga menunjukkan adanya rekahan pada dinding tebing yang berkembang setelah getaran gempa,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (25/11/2025).
Menurut Lana, kawasan Ngarai Sianok merupakan lembah curam yang dibatasi oleh tebing-tebing terjal dengan kemiringan lereng yang dapat mencapai lebih dari 60 persen. Morfologi terjal ini terbentuk oleh proses erosi yang kuat pada batuan vulkanik dan dipengaruhi oleh struktur geologi regional.
“Morfologi yang curam dan berteras akibat reaktivasi patahan menjadikan kawasan ini secara alami rentan terhadap gerakan tanah, terutama saat terjadi pemicu seperti curah hujan tinggi atau gempa bumi,” jelas Lana.
“Kawasan pemukiman yang berdekatan dengan bibir tebing Ngarai Sianok termasuk dalam zona yang harus diwaspadai, terutama pada periode hujan intensif atau ketika terjadi aktivitas seismik. Kombinasi topografi terjal, litologi rapuh, dan keberadaan struktur aktif menjadikan kawasan ini sensitif terhadap potensi tanah bergerak,” katanya lagi.
Badan Geologi merekomendasi beberapa hal untuk warga setempat. Selain meminta warga menghindari aktivitas di sekitar bibir tebing, pada zona tebing yang retak atau rawan runtuhan juga perlu dipertimbangkan tindakan stabilisasi lereng seperti pemasangan jaring pengaman, perkuatan lereng, atau sistem drainase air permukaan untuk mengurangi tekanan air pori.
Kepala BPBD Kota Bukittinggi, Zulhendri mengatakan, pihaknya telah mengevakuasi dan merelokasi 68 orang dari kawasan tersebut. “Memang ada terjadi pergeseran atau pergerakannya. Hingga pukul 10 tadi malam, Kita telah merelokasi 68 orang dari 11 keluarga yang tinggal disana,” jelas Zulhendri kepada infoSumut, hari ini.
Warga yang dievakuasi tersebut kini tinggal sementara di aula kantor KPPN Belakang Balok Bukittinggi, Kantor Lurah, serta beberapa lokasi mandiri sesuai inisiatif warga sampai waktu yang belum ditentukan.
68 Warga Diungsikan
Badan Geologi merekomendasi beberapa hal untuk warga setempat. Selain meminta warga menghindari aktivitas di sekitar bibir tebing, pada zona tebing yang retak atau rawan runtuhan juga perlu dipertimbangkan tindakan stabilisasi lereng seperti pemasangan jaring pengaman, perkuatan lereng, atau sistem drainase air permukaan untuk mengurangi tekanan air pori.
Kepala BPBD Kota Bukittinggi, Zulhendri mengatakan, pihaknya telah mengevakuasi dan merelokasi 68 orang dari kawasan tersebut. “Memang ada terjadi pergeseran atau pergerakannya. Hingga pukul 10 tadi malam, Kita telah merelokasi 68 orang dari 11 keluarga yang tinggal disana,” jelas Zulhendri kepada infoSumut, hari ini.
Warga yang dievakuasi tersebut kini tinggal sementara di aula kantor KPPN Belakang Balok Bukittinggi, Kantor Lurah, serta beberapa lokasi mandiri sesuai inisiatif warga sampai waktu yang belum ditentukan.
