Sumut punya peristiwa kelam dalam dunia penerbangan. Dua pesawat sempat jatuh di Medan, salah satunya menewaskan Gubernur Sumut.
infoers mungkin tidak asing dengan tragedi jatuhnya pesawat Mandala Airlines pada tahun 2005 silam. Pesawat dengan no penerbangan RI-091 jatuh pada 5 September 2005 di Jalan Jamin Ginting Medan pada pagi hari.
Kejadian pesawat jatuh juga terjadi pada Pesawat Hercules C-130 TNI AU juga pernah jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan pada tahun 2015.
Berikut fakta peristiwa jatuhnya dua Pesawat di Medan, di antaranya:
Pesawat tersebut menewaskan Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin yang direncanakan akan terbang ke Jakarta menaiki Mandala Airlines RI-091 untuk menghadiri rapat para Gubernur dengan Presiden.
Sejarahwan Sumut Budi Agustono menuturkan bahwa jatuhnya Pesawat Mandala Air membuat Sumut kehilangan sosok pemimpin Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin 1998-2005 dan Gubernur Sumut periode 1988-1998 Raja Inal Siregar.
“Ketiganya ini sangat populer di Sumut. Seperti Raja Inal yang pernah menjadi gubernur yang populer dan juga menjadi sosok dihormati. kemudian ada Rizal Nurdin yang sangat dekat dengan rakyat pada waktu itu. Kemudian ada Abdul Halim yang anggota DPD dengan suara terbanyak. Mereka bertiga ini terbang ke Jakarta dengan Mandala Air, tidak lama setelah itu terjadi kecelakaan,” tutur Budi.
“Itu menjadi peristiwa politik juga karena tiga elit lokal saat itu tewas bersamaan dan Sumut kehilangan tokoh terbaiknya pada saat mereka memimpin dan menjalankan tugas mereka pada era tersebut,” sambungnya.
Lanjutnya, Budi menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan Tengku Rizal Nurdin dan Raja Inal Siregar memiliki ciri khas masing-masing. Tak heran, tewasnya kedua gubernur ini secara mendadak dan bersamaan turut memberikan duka kepada masyarakat Sumut.
“Pada saat Rizal Nurdin meninggal berdampak dengan pemerintahan di Sumut karena gaya Rizal Nurdin ini halus, santun, dan dekat dengan masyarakat. Tiadanya Rizal Nurdin ini kan tidak bisa ditiru oleh yang lain. Setiap gubernur punya gaya kepemimpinan tersendiri. Kalau Raja Inal sudah purnabakti, tapi dengan tiadanya Raja Inal Siregal, publik kembali diingatkan konsep Marsipature Hutanabe itu dan juga gaya kepemimpinan khas dan berbeda dengan Rizal Nurdin,” jelasnya.
“Masyarakat kehilangan tokoh terbaik Sumut, memang mereka ini gubernur yang dekat sekali dengan rakyat. Ini menjadi duka di Sumut dan Nasional pada saat itu,” lanjutnya.
Tak hanya penumpang, masyarakat setempat juga turut menjadi korban jatuhnya Pesawat Mandala.
tim infoSumut kemudian menyambangi lokasi bekas kejadian jatuhnya Pesawat Mandala yang terletak di Jalan Jamin Ginting Medan. Lokasi tepatnya berada di bekas lahan yang kini menjadi lokasi pemukiman dan sebuah hotel bintang dua
Masyarakat setempat turut menjadi saksi kejadian yang membuat trauma kelam hingga saat ini.
Seorang warga sekitar, Adnan (65) bercerita bahwa rumahnya hancur tak tersisa akibat terkena ledakan dari pesawat Mandala Air. Rumah Adnan saat itu berada tepat posisi pesawat Mandala Air terjatuh.
Saat itu, ia bersama keluarga lainnya sedang berada di Berastagi, Kabupaten Karo, sementara yang tersisa di rumah Adnan hanya ada sekitar 3-4 orang termasuk sang adik ipar yang tewas terkena ledakan.
“Pas kejadian itu saya baru selesai mandi di Berastagi pagi itu. Saya dapat telepon yang bilang rumah saya tertimpa pesawat, saya sama keluarga lain langsung ke Medan. Saya langsung lari dari Simpang Pos karena sudah tidak bisa lewat lagi. Betapa terkejutnya lihat kondisi rumah kami yang sudah hancur lebur,” ungkap Adnan kepada infoSumut.
“Adik ipar saya juga kena yang kepalanya terputus karena kena ledakan dan puing pesawat padahal posisinya saat itu dia lagi hamil. Kami cari-cari jasadnya dan kami bawa langsung ke kampungya di Karo,” lanjut Adnan terbata sambil menitikkan air mata.
Bagi Adnan, tragedi tersebut begitu kelam baginya dan menyisakan kesedihan walaupun sudah 20 tahun berlalu. Ia pun menunjukkan bangunan rumahnya yang dibangun oleh pihak Mandala Air sebagai bentuk tanggung jawab pihak maskapai.
“Rumah ini langsung dibangun di tahun itu juga sama perusahaan pesawatnya, mereka tidak kasih kita uang tapi mereka yang membangun,” kata Adnan.
Selain Adnan, Idrus (50) turut menjadi saksi saat pesawat itu terjatuh. Saat itu, Idrus sedang membeli sarapan yang terletak tak jauh dari lokasi kejadian.
“Waktu beli sarapan ada suara keras sekali dan jeritan orang-orang. Saya langsung naik kereta dekat ke lokasi. Wah banyak kali lah asap, tangisan, banyak juga warga sini yang kena serpihan sampai berdarah-darah,” kata Idrus.
Namun, ternyata banyak juga timbul cerita mistis pasca jatuhnya Pesawat Mandala Air. Adnan bercerita bahwa sempat beredar suara-suara misterius saat melintas di Jalan Jamin Ginting atau sekitar lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
“Sempat juga ada cerita-cerita mistis dari warga kalau lewat sekitar sini apalagi malam itu ada suara-suara minta tolong lah, suara jeritan lah. Tapi lama-lama kan makin ramai penduduknya, udah enggak ada lagi terdengar cerita cerita itu,” ucapnya.
Penyebab jatuhnya pesawat Mandala Airlines di permukiman warga Medan baru mulai tersingkap setahun setelah insiden itu terjadi. Menurut keterangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), setidaknya ada tiga hal yang menjadi pemicu jatuhnya pesawat kode penerbangan RI-091 itu.
Dua pemicu pertama adalah kondisi flap dan slat (alat menambah daya angkat pesawat saat take-off) yang tidak turun sewaktu pesawat hendak lepas landas. Kedua komponen tersebut sangat krusial ketika pesawatmelakukan take-off.
“Untuk lepas landas, harus menggunakan flap dan slat. Kalau tidak digunakan dengan semestinya, ada potensi pesawat akan celaka,” kata anggota tim investigasi kasus pesawat Mandala Airlines, Prita Widjaya, dalam jumpa pers di Dephub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/10/2006).
Pemicu berikutnya adalah prosedur check list yang tidak sesuai persyaratan. Hal ini dapat menyebabkan tidak teridentifikasinya keadaan flap yang belum turun yang seharusnya mengaktifkan suara take off warning horn (alat bantu peringatan). Akan tetapi, dari hasil rekaman cockpit voice recorder (CVR), tidak terdengar suara take off warning horn.
“Kita tidak mendengar penerbang melakukan check list. Padahal menurut aturan, check list itu harusnya ada,” kata pilot senior Garuda, Soerjanto.
Meski dugaan pemicu jatuhnya pesawat Mandala Airlines telah muncul ke permukaan, KNKT tidak berwenang menyimpulkan apakah insiden tersebut terjadi karena technical error atau human error.
Selain Mandala Air, ternyata Pesawat Hercules C-130 TNI AU juga pernah jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan pada tahun 2015. Pesawat milik TNI AU ini jatuh menimpa pemukiman warga yang sempat menimbulkan yang menewaskan sekitar 143 korban jiwa.
Pesawat Hercules terjatuh di Jalan Jamin Ginting tepatnya di kawasan Perumahan Simalingkar Medan. Kejadian tersebut berlangsung pada 30 Juni 2015 pukul 11.50 WIB, hanya selang beberapa menit setelah take off dari Lanud Soewondo yang akan berangkat menuju Lanud Tanjung Pinang Kepulauan Riau.
1. Tewaskan Gubernur Sumut
2. Warga Setempat jadi Korban
3. Penyebab Jatuhnya Pesawat
4. Pesawat TNI AU Jatuh
Tak hanya penumpang, masyarakat setempat juga turut menjadi korban jatuhnya Pesawat Mandala.
tim infoSumut kemudian menyambangi lokasi bekas kejadian jatuhnya Pesawat Mandala yang terletak di Jalan Jamin Ginting Medan. Lokasi tepatnya berada di bekas lahan yang kini menjadi lokasi pemukiman dan sebuah hotel bintang dua
Masyarakat setempat turut menjadi saksi kejadian yang membuat trauma kelam hingga saat ini.
Seorang warga sekitar, Adnan (65) bercerita bahwa rumahnya hancur tak tersisa akibat terkena ledakan dari pesawat Mandala Air. Rumah Adnan saat itu berada tepat posisi pesawat Mandala Air terjatuh.
Saat itu, ia bersama keluarga lainnya sedang berada di Berastagi, Kabupaten Karo, sementara yang tersisa di rumah Adnan hanya ada sekitar 3-4 orang termasuk sang adik ipar yang tewas terkena ledakan.
“Pas kejadian itu saya baru selesai mandi di Berastagi pagi itu. Saya dapat telepon yang bilang rumah saya tertimpa pesawat, saya sama keluarga lain langsung ke Medan. Saya langsung lari dari Simpang Pos karena sudah tidak bisa lewat lagi. Betapa terkejutnya lihat kondisi rumah kami yang sudah hancur lebur,” ungkap Adnan kepada infoSumut.
“Adik ipar saya juga kena yang kepalanya terputus karena kena ledakan dan puing pesawat padahal posisinya saat itu dia lagi hamil. Kami cari-cari jasadnya dan kami bawa langsung ke kampungya di Karo,” lanjut Adnan terbata sambil menitikkan air mata.
Bagi Adnan, tragedi tersebut begitu kelam baginya dan menyisakan kesedihan walaupun sudah 20 tahun berlalu. Ia pun menunjukkan bangunan rumahnya yang dibangun oleh pihak Mandala Air sebagai bentuk tanggung jawab pihak maskapai.
“Rumah ini langsung dibangun di tahun itu juga sama perusahaan pesawatnya, mereka tidak kasih kita uang tapi mereka yang membangun,” kata Adnan.
Selain Adnan, Idrus (50) turut menjadi saksi saat pesawat itu terjatuh. Saat itu, Idrus sedang membeli sarapan yang terletak tak jauh dari lokasi kejadian.
“Waktu beli sarapan ada suara keras sekali dan jeritan orang-orang. Saya langsung naik kereta dekat ke lokasi. Wah banyak kali lah asap, tangisan, banyak juga warga sini yang kena serpihan sampai berdarah-darah,” kata Idrus.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Namun, ternyata banyak juga timbul cerita mistis pasca jatuhnya Pesawat Mandala Air. Adnan bercerita bahwa sempat beredar suara-suara misterius saat melintas di Jalan Jamin Ginting atau sekitar lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
“Sempat juga ada cerita-cerita mistis dari warga kalau lewat sekitar sini apalagi malam itu ada suara-suara minta tolong lah, suara jeritan lah. Tapi lama-lama kan makin ramai penduduknya, udah enggak ada lagi terdengar cerita cerita itu,” ucapnya.
2. Warga Setempat jadi Korban
Penyebab jatuhnya pesawat Mandala Airlines di permukiman warga Medan baru mulai tersingkap setahun setelah insiden itu terjadi. Menurut keterangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), setidaknya ada tiga hal yang menjadi pemicu jatuhnya pesawat kode penerbangan RI-091 itu.
Dua pemicu pertama adalah kondisi flap dan slat (alat menambah daya angkat pesawat saat take-off) yang tidak turun sewaktu pesawat hendak lepas landas. Kedua komponen tersebut sangat krusial ketika pesawatmelakukan take-off.
“Untuk lepas landas, harus menggunakan flap dan slat. Kalau tidak digunakan dengan semestinya, ada potensi pesawat akan celaka,” kata anggota tim investigasi kasus pesawat Mandala Airlines, Prita Widjaya, dalam jumpa pers di Dephub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/10/2006).
Pemicu berikutnya adalah prosedur check list yang tidak sesuai persyaratan. Hal ini dapat menyebabkan tidak teridentifikasinya keadaan flap yang belum turun yang seharusnya mengaktifkan suara take off warning horn (alat bantu peringatan). Akan tetapi, dari hasil rekaman cockpit voice recorder (CVR), tidak terdengar suara take off warning horn.
“Kita tidak mendengar penerbang melakukan check list. Padahal menurut aturan, check list itu harusnya ada,” kata pilot senior Garuda, Soerjanto.
Meski dugaan pemicu jatuhnya pesawat Mandala Airlines telah muncul ke permukaan, KNKT tidak berwenang menyimpulkan apakah insiden tersebut terjadi karena technical error atau human error.
Selain Mandala Air, ternyata Pesawat Hercules C-130 TNI AU juga pernah jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan pada tahun 2015. Pesawat milik TNI AU ini jatuh menimpa pemukiman warga yang sempat menimbulkan yang menewaskan sekitar 143 korban jiwa.
Pesawat Hercules terjatuh di Jalan Jamin Ginting tepatnya di kawasan Perumahan Simalingkar Medan. Kejadian tersebut berlangsung pada 30 Juni 2015 pukul 11.50 WIB, hanya selang beberapa menit setelah take off dari Lanud Soewondo yang akan berangkat menuju Lanud Tanjung Pinang Kepulauan Riau.