Aktor Herjunot Ali membagikan tips mengatur keuangan hingga menjadi cuan. Sebelum sukses menjadi aktor film seperti sekarang ini, Herjunot ternyata sempat menjual koran bekas agar mendapatkan uang.
Selain menjual koran bekas, pemain film 5 cm itu juga harus bekerja sebagai pengantar gas. Uang yang diterimanya dari hasil jual koran bekas itu sekitar Rp 75, dulunya.
“Aku nggak tumbuh kembang dengan pewaris vs perintis, jadi perintis juga aku nggak punya knowledge untuk merintis sesuatu. Jadi, aku dulu tinggal di perkampungan yang aku tahu, kalau nggak parkirin mobil, ngantar gas, sama kiloin koran bekas. Dulu tuh kita kiloin koran bekas kita dapat Rp 75, tapi dulu tuh pas waktu kecil permen tuh Rp 5 dapat 4. Jadi, aku start semuanya dari sini,” kata Herjunot saat menjadi pembicara dalam Educational Class LPS Financial Festival 2025 di Regale International Convention Centre, Rabu (20/8/2025).
Herjunot menyebut banyak yang nggak percaya bahwa dirinya dulu sempat bekerja menjual koran bekas dan sebagai pengantar gas. Sebab, banyak yang tidak melihat proses yang dilaluinya dan hanya fokus pada apa yang dihasilkan Herjunot saat ini.
“Jadi, banyak yang nggak percaya, karena mereka nggak lihat prosesnya, tapi mereka melihat siapa aku sekarang, tapi semua dari sini,” jelasnya.
Herjunot meniti karirnya sebagai VJ di MTV. Dia mengaku tidak memiliki mimpi yang tinggi saat itu. Dulunya, Herjunot mengaku hanya fokus untuk menghasilkan uang. Dulu, temannya memang sempat menyarankan Herjunot menjadi aktor agar bisa mendapatkan uang.
“Di mana semua hal yang aku coba ternyata gagal semua, akhirnya aku mikir, zaman dulu teman aku bilang kalo mau nyari duit gampang, jadi artis saja, akhirnya aku nggak punya kemampuan jadi artis, aku sukanya main bola, dan pemain bola juga gagal. Disuruh jadi pengacara juga ternyata nggak sepintar itu, dan akhirnya aku jadi artis dengan harapan jadi kaya dan sukses,” ujarnya.
“Awalnya aku dari MTV, MTV pada zamannya satu institusi, kalau sudah masuk situ pasti keren banget, akhirnya aku jadi VJ dulu, akhirnya jadi pemain film, pas main film itu, dibilangin sama banyak teman aku kalau aku itu pecundang, karena aku selalu memulai sesuatu, tapi nggak pernah nyelesain, akhirnya di film itu aku buktiin bahwa sebenarnya pada saat memulai itu adalah sesuatu membuktikan bahwa diriku pemain film yang sukses,” sambung Herjunot.
Herjunot mengaku sempat hidup hedon saat pertama kali mendapatkan penghasilan yang cukup besar. Saat itu, dia mengaku belum mendapatkan literasi tentang keuangan.
Namun, kini dia telah mendapatkan pengetahuan tentang mengatur keuangan dan hidup sesuai kebutuhan tanpa harus fomo (fear of missing out).
“Waktu pertama kali dapat uang, waktu belum terlalu tahu financial literasi, dapat duit, besar pasak daripada tiang, apalagi ada kartu kredit, gesek terus. Kehidupan jadi artis atau enggak, dengan adanya sosial media, sekarang menurut aku lebih susah untuk kita nggak hedon. Kalau sudah seumur aku kayaknya margin error-nya harus lebih kecil, kalau fomo di lifestyle, aku sudah nggak,” ujarnya.
Ubah Uang Jadi Cuan
Herjunot menyebut cuan adalah bentuk kesadaran saat uang yang dimiliki saat ini, nilainya akan akan tergerus secara perlahan.
“Definisi cuan menurut aku adalah saat kamu sadar bahwa kamu punya hari ini berapapun uang yang kamu punya Rp 100 ribu, Rp 1 juta, kamu harus tahu bahwa nilainya tergerus per hari ini, cuan menurut ku bahwa uang kamu itu di mana pun kamu taruh adalah fight inflation, bisa ngelawan inflasi bahkan jauh lebih tinggi dari inflasi, apapun, investasi atau bisnis,” kata Herjunot.
Menurutnya, ada dua hal yang penting untuk mengatur keuangan menjadi cuan. Pertama, yakni memiliki skill set, sehingga posisi manusia tidak tergantikan oleh teknologi yang kian hari semakin canggih.
Lalu, kedua adalah menahan diri dalam menggunakan uang.
“Tantangan terbesar ekonomi zaman sekarang, teman-teman nggak tahu apa yang lakukan, 4 tahun kuliah, kalian nggak tahu sebenarnya yang kalian pelajari gunanya apa?, setelah lulus merasa berhak. Pada saat itu kalian menyalahkan keadaan, ‘gue udah kuliah 4 tahun, kok susah cari kerja’ padahal sebenarnya bahwa kalian nggak sadar, berapa banyak di sini yang pakai AI, chat GPT atau apapun. Kalian harus tahu bahwa tantangan terbesar kalian semua adalah apa yang kalian pelajari selama ini, saat kalian lulus, kalian nggak boleh ngerasa berhak karena kalian akan digantikan. Teman-teman di sini banyak pilihan sekarang, TikTok, IG, itu kalau kita nggak bisa atur diri kita berada ada di area ‘gue tahan dulu karena gue belum sanggup’. Jadi, hal-hal itu sekarang itu overflowing information dan paradox of information, ngebuat teman-teman gatal untuk ngeluarin hal yang teman-teman nggak punya,” pungkasnya.