Pascabencana melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat (Sumbar), krisis air bersih menjadi masalah krusial bagi warga yang terdampak. Universitas Andalas (Unand) pun menerjunkan Tim Air Bersih demi memulihkan akses air layak konsumsi di lebih dari 10 titik lokasi bencana.
Melalui program Pengabdian Masyarakat Tanggap Bencana yang didanai Kemendiktisaintek, tim ini bergerak ke Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Solok, hingga Kota Padang. Tim tidak hanya membawa bantuan logistik, tetapi memberikan solusi teknis berupa instalasi penjernih air.
“Kami memasang ultrafiltrasi pada daerah ini, dilengkapi dengan tandon dan pembuatan bak penampungan agar air bersih bisa dengan mudah didapatkan oleh masyarakat,” kata mahasiswa anggota Tim Air Bersih Unand, Aditya, Senin (29/12/2025).
Teknologi yang diterapkan adalah sistem ultrafiltrasi. Alat ini dipilih karena mampu beroperasi tanpa energi listrik, sehingga sangat cocok untuk lokasi bencana yang infrastrukturnya belum pulih total.
Aditya menjelaskan, berdasarkan survei awal pascabanjir, tingkat kekeruhan air (NTU) di lokasi bencana mencapai angka 185, jauh di atas standar kesehatan. Namun, setelah disaring menggunakan alat ini, kualitas air membaik drastis.
“Setelah dilakukan penyaringan dengan ultrafiltrasi didapatkan hasil NTU yaitu 0,9. Nilai ini merupakan nilai yang sangat baik bahkan memenuhi standar untuk air minum,” jelasnya.
Selain memasang filter berkapasitas 20.000 liter per jam, tim yang melibatkan mahasiswa Teknik Mesin ini juga memperbaiki jaringan pipa, pompa air, dan tangki penampung yang rusak. Perbaikan infrastruktur ini antara lain dilakukan di Mushalla Katimaha, Padang Pariaman dan Jorong Subarang, Kabupaten Solok.
Hingga saat ini, sistem filter air bersih dari Unand telah terpasang di lokasi-lokasi strategis yang menjadi pusat aktivitas warga dan pengungsi, yaitu:
Para pengungsi menyambut antusias kehadiran air bersih ini. Amak, salah seorang pengungsi di Mushalla Katimaha, Kabupaten Padang Pariaman, mengaku sangat terbantu.
Sebelumnya, para pengungsi kesulitan karena hanya mengandalkan satu sumur mata air untuk banyak orang.
“Dengan tersedianya kembali air bersih, fasilitas toilet dan kamar mandi mushalla kini dapat digunakan secara bersama-sama dan terpisah antara perempuan dan laki-laki,” ungkap Amak.
