Wali Kota Agung Nugroho ancam copot kepala sekolah di Pekanbaru, Riau yang tetap nekat meminta pungutan untuk perpisahan. Ancaman ini menyusul banyak orang tua mengeluhkan pungutan perpisahan Rp 250-500 ribu.
Agung menilai perpisahan sekolah tidak harus mengejar euforia menghabiskan banyak uang. Perpisahan sekolah bisa dibuat dengan penuh kesan tanpa harus memerlukan uang banyak dari orang tua siswa.
“Sudah saya jelaskan, jangan sampai ada lagi pungutan untuk anak-anak sekolah yang melakukan perpisahan,” kata Agung, Kamis (17/4/2025).
Kegiatan perpisahan bisa dilakukan secara sederhana dan penuh makna. Misalnya melakukan kegiatan di sekolah, bisa saja dengan makan bersama atau kegiatan pentas seni dengan melibatkan anak didik.
Untuk itu, jika masih ada pihak sekolah yang membuat kegiatan perpisahan dengan foya-foya dengan membebankan siswa, secara tegas dikatakan Agung bakal mendapat sanksi. Salah satunya yaitu ancaman copot bagi kepala sekolah.
“Jika masih ada temuan seperti itu, foya-foya kan uang maka kepala sekolahnya akan kita copot,” tegas Agung.
Ketegasan ini disampaikan menyusul ada banyak keluhan dari wali murid di sejumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Pekanbaru. Keluhan karena banyaknya iuran yang harus dibayarkan saat perpisahan anak di sekolah.
Keluhan itu banyak diterima Wakil Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru, Tekad Abidin. Nilai iuran pun disebut bervariasi di setiap sekolah seperti SMP 37, SMP 25 hingga SMP 8.
“Ada banyak laporan kami terima dari wali murid SMP soal iuran. Khususnya untuk perpisahan anak,” kata Tekad Abidin, Rabu (16/4) kemarin.
Sejumlah wali murid melaporkan iuran yang harus dibayarkan bervariasi. Ada yang Rp 220-500 ribu dengan berbagai alasan. Bahkan, uang perpisahan memberatkan itu dilakukan dengan berbagai alasan seperti sesi foto dan konsumsi.
“Kami prihatin karena sudah dilarang buat acara perpisahan di sekolah, justru muncul iuran lagi untuk konsumsi. Terbaru untuk foto yang jika ditotalkan sampai Rp 500 ribu, ini akal-akalan,” kata Tekad.
Legislator Fraksi PDIP itu bahkan telah melaporkan ke Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Apalagi, banyak orang tua yang merasa keberatan dengan iuran tanpa ada kesepakatan.