Viral video seorang wanita di Teluk Bakau Kolam, Kelurahan Batu Besar, Nongsa, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), tertimbun tanah hingga sepinggang. Aksi itu dilakukan saat dia melakukan penolakan penimbun di sekitar pemukimannya.
Dilihat infoSumut, Senin (21/4/2025) pada video viral itu, seorang perempuan mengenakan topi hitam, baju merah muda dengan jaket merah nekat berdiri di belakang truk pengangkut yang hendak membongkar tanah muatannya. Perempuan itu tak bergeser dari lokasi berdirinya hingga truk pengangkut tanah itu menumpahkan muatannya hingga mengubur setengah badannya.
“Mati, mati, mati, udah mati orang, udah mati,” teriak perekam video.
Dari hasil penelusuran, wanita dalam video tersebut diketahui bernama Nur Simbolon (41), warga Teluk Bakau Kolam, Kecamatan Nongsa. Aksi nekat yang dilakukan Nur merupakan bentuk penolakan terhadap aktivitas penimbunan lahan oleh pihak pengembang pada Sabtu (19/4).
Nur khawatir, penimbunan tersebut akan menutup akses ke sumur yang berada di dekat lokasi. Sumur itu selama ini menjadi sumber air bersih bagi warga sekitar, sehingga keberadaannya sangat vital bagi kebutuhan sehari-hari.
“Kemarin ada dua sumur, biar nggak kena timbun. Kami (warga) berdiri disana,” kata Nur, sambil menunjuk lokasi pada Senin (21/4/2025).
Nur menceritakan meski kehadiran dirinya dan warga menghalangi penimbunan, para pekerja tetap melaksanakan pekerjaan. Ia pun akhirnya memutuskan berdiri di belakang truk pengangkut tanah yang akan membongkar muatannya.
“Saya bilang kalau memang mau ditimbun sekalian lah timbun saya sekalian. Mobil disuruh mundur (oleh pekerja )terus mobilnya kemudian saya tertimbun akhirnya,” ujarnya .
Nur mengatakan saat dirinya tertimbun tanah, pekerja yang menyaksikan kejadian itu tak melakukan apa. Menurutnya beberapa saat usai kejadian polisi juga datang di lokasi kejadian.
“Saya tertimbun Mereka diam saja. Bahkan polisi datang hanya ke mereka(pekerja) aja tidak ada tanya dengan kami.
Akibat kejadian itu, Nur mengaku mengalami gangguan pada tubuhnya. Ia merasa kondisi badannya kurang enak setelah nekat menghadang truk.
“Akibat itu badan saya kurang enak, sudah dibawa berobat ke tukang urut,” ujar Nur.
Lia Purba (41) warga sekitar menambahkan pihaknya tidak melaporkan kejadian itu ke polisi, hal itu karena beberapa laporan lalu yang disampaikan masyarakat tidak ditanggapi. Konflik antara pengembang dan masyarakat telah terjadi lebih kurang tiga tahun terakhir.
“Karena kami tidak pernah ditanggapi jadi malas mau buat laporan, kami sudah buat laporan di Polsek, Polres sampai Polda Kita,” ujarnya
Lia mengatakan konflik antara warga dan perusahaan pengembang kawasan itu terjadi karena rencana relokasi masyarakat yang dinilai kurang transparan. rumahnya dan warga lainnya juga diketahui masuk area yang akan dikembangkan.
Lia menambahkan pihaknya bersama warga lain belum mau menerima rencana relokasi yang dilakukan perusahaan pengembang karena dinilai tidak transparan dalam ganti rugi. Warga diganti rugi mulai dari kisaran Rp 23 juta- Rp 30 juta.
“Jadi mereka (pengembang) rayu satu rumah ke satu rumah. Perorangan membayarnya. Negosiasi pengusaha dengan perusahaan tidak bersamaan. Untuk ganti rugi bervariasi mulai dari Rp 23-30 juta, ada juga yang uang dan kavling tanah. kami hanya dengar cerita warga yang sudah pindah,” ujarnya.
Lia mengatakan, pihaknya berharap pihak perusahaan tidak menimbun kolam dan sumur yang berada di lokasi pemukiman pihaknya. Ia menyebut, pihak perusahaan dalam melakukan negosiasi agar memperhatikan kemanusiaan.
“Ganti rugi, kami di manusiakan lah, minimal kami bisa bangun gubuk-gubuk seperti yang kami punya ini di tempat mereka relokasi,” ujarnya.
Selain kejadian itu, beredar juga video seorang pria yang merupakan pekerja pematangan lahan diduga menjadi korban pengeroyokan pada Minggu (20/4). Pria tersebut diduga mengalami pengeroyokan dan mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuh.
Kapolresta Barelang Kombes Zaenal Arifin dikonfirmasi membenarkan keributan di Teluk Bakau Kolam, Nongsa. Ia menyebut perempuan yang tertimbun tanah itu hingga saat ini belum membuat laporan polisi.
“Untuk dari warga kita belum terima laporan,” kata Zaenal.
Zaenal menyebut untuk pekerja yang mengalami pengeroyokan saat pematangan lahan pada Minggu (20/4) telah membuat laporan polisi. Untuk korban sendiri saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.
“Cuman luka-luka di kroyok bikin laporan, yang sekarang dirawat di RS Soedarsono. Itu pihak perusahaan. Yang dikeroyok lima orang laporan ke Polresta Barelang, masih kita tindak lanjuti karena ada yang lumayan perlu perawatan intensif di rumah sakit ada dua orang,” ujarnya .
Saat disinggung mengenai dua kejadian yang terjadi pada Sabtu (19/4) dan Minggu, apakah keduanya merupakan satu rangkaian, Zaenal menyebut pihaknya belum dapat memastikan hal tersebut. Ia mengatakan, saat ini kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
“Kami belum bisa jawab sekarang, apakah ini saru rangkaian atau sendiri-sendiri,” ujarnya.