Setiap tahun, Indonesia mencatat sekitar 36 ribu kasus baru kanker serviks. Dari jumlah tersebut, sekitar 21 ribu orang meninggal dunia, sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam penanganan.
Sebanyak 70 persen kasus baru kanker serviks baru terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut, sehingga tingkat kesembuhannya menjadi kurang dari 50 persen.
Dilansir infoHealth dari American Cancer Society, ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih mudah terserang kanker serviks. Ini penjelasannya.
Infeksi HPV merupakan penyebab utama kanker serviks. HPV sendiri merupakan kumpulan lebih dari 150 jenis virus yang saling berkaitan. Beberapa di antaranya menyebabkan pertumbuhan abnormal seperti papiloma atau kutil.
Virus ini bisa menginfeksi sel-sel di permukaan kulit, serta jaringan yang melapisi organ seperti alat kelamin, anus, mulut, dan tenggorokan, namun tidak menyerang organ dalam seperti jantung atau paru-paru.
Penularan HPV umumnya terjadi melalui kontak kulit, termasuk melalui hubungan seksual, baik vaginal, anal, maupun oral. Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil di bagian tubuh yang berbeda. Ada yang menyebabkan kutil pada tangan dan kaki, ada pula yang menyebabkan kutil di bibir atau lidah.
Beberapa tipe HPV tergolong risiko rendah karena jarang berhubungan dengan kanker, sedangkan tipe lainnya dikategorikan risiko tinggi karena erat kaitannya dengan kanker serviks, vulva, vagina, penis, anus, mulut, dan tenggorokan.
Sejumlah faktor dalam riwayat seksual seseorang dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker serviks, terutama karena peluang lebih besar terpapar HPV.
Faktor-faktor tersebut termasuk: memulai aktivitas seksual pada usia muda (khususnya sebelum usia 18 tahun), memiliki banyak pasangan seksual, atau memiliki pasangan dengan riwayat infeksi HPV atau pasangan yang berganti-ganti pasangan seksual.
Perokok, maupun orang di sekitarnya, terpapar zat-zat kimia penyebab kanker yang tidak hanya memengaruhi paru-paru, tetapi juga menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi untuk menderita kanker serviks dibandingkan yang tidak merokok. Zat berbahaya dari produk tembakau bahkan ditemukan dalam lendir serviks wanita perokok.
Peneliti meyakini bahwa zat ini bisa merusak DNA sel serviks dan mempercepat terbentuknya kanker, selain itu merokok juga memperlemah kemampuan tubuh melawan infeksi HPV.
Virus HIV, penyebab AIDS, dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga penderitanya lebih rentan terhadap infeksi HPV.
Sistem imun memiliki peranan penting dalam mengontrol dan menghancurkan sel-sel kanker. Pada wanita yang mengidap HIV, lesi pra-kanker di serviks dapat berkembang lebih cepat menjadi kanker yang bersifat invasif.
Klamidia adalah bakteri umum yang menyerang sistem reproduksi dan ditularkan melalui hubungan seksual. Sebagian besar wanita yang terinfeksi klamidia tidak menyadari kondisinya karena infeksi ini sering kali tidak bergejala, kecuali dilakukan pemeriksaan panggul.
Infeksi ini dapat menyebabkan penyakit radang panggul yang berdampak pada kesuburan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya infeksi klamidia, baik di masa lalu maupun saat ini, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Bakteri ini diduga membantu HPV bertahan hidup di serviks, sehingga memperbesar peluang terjadinya kanker.
Wanita yang jarang mengonsumsi buah dan sayur dalam pola makan sehari-harinya juga disebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kanker serviks.